Sabtu, 03 November 2012

Bidan Listiyani & Inisiatif Sumur Bor untuk Kurangi Kematian Ibu dan Bayi


Vera Farah Bararah - detikHealth
Sabtu, 03/11/2012 14:00 WIB




Yogyakarta, Tak jarang bidan Listiyani Ritawati kadang menangis di tengah malam saat membantu persalinan karena tidak ada air bersih. Kondisi ini membuat bidan Listiyani berinisiatif membuat sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih serta membantu turunkan angka kematian ibu dan bayi.

"Pernah malam-malam saat membantu proses persalinan air habis, saya harus mencari air bersih sampai saya menangis," ujar bidan Listiyani
dalam acara Jelajah Gizi Sarihusada di Desa Sambirejo, Gunung Kidul, Yogyakarta, Jumat (2/11/2012).

Bidan Listiyani menuturkan pada tahun 2003-2004 sulit mendapatkan air bersih. Bahkan kadang saat akan buang air kecil saja harus membeli air mineral kemasan, apalagi untuk mandi atau proses persalinan. Padahal air yang bersih ini sangat dibutuhkan untuk kesehatan.

Kondisi yang tidak ada air ini membuat ibu yang sedang hamil harus berjalan jauh atau naik sepeda demi bisa mendapatkan air. Mengingat sebagian besar suami ibu hamil tersebut merantau, jadi mereka harus mencari air bersih sendiri. Hal ini menimbulkan risiko yang tinggi bagi ibu hamil untuk terjatuh atau kecapaian sehingga bisa memicu pendarahan dan kelahiran prematur. Apalagi rumah sakit jauh dan perlu waktu satu jam, sehingga berisiko kematian.

Selain itu, jika bayi yang dilahirkan tidak mendapat air bersih yang cukup untuk cuci tangan atau serba kotor dapat menyebabkan diare terus menerus. Bila hal ini dibiarkan menyebabkan berat badan bayi terus turun dan mengalami gizi buruk.

"Dulu saat di Temanggung air banyak, tapi di sini air susah. Selama bertahun-tahun air susah sampai mau nangis. Kadang ingin pindah lagi ke Temanggung, tapi kalau saya pergi berarti meninggalkan orang-orang yang telantar dengan air bersih," paparnya.

Bidan Listiyani menceritakan dulu ia sempat menggali sumur hingga kedalaman 4 meter dan menghabiskan biaya sampai 4 juta rupiah, tapi tetap tidak dapat air. Maklum butuh kedalaman hingga 80 meter agar air tanah bisa diperoleh, dan itu tentunya membutuhkan biaya yang besar.

Situasi ini membuat bidan Listiyani berinisiatif membuat sumur bor untuk membantu memenuhi kebutuhan air bersih di lingkungan sekitarnya. Inisiatif ini muncul pada tahun 2009, sekaligus ide ini membuatnya berhasil memenangkan Srikandi Award 2009. Melalui program Pos Bhakti Bidan (Program sosial kerja sama Sarihusada dan Ikatan Bidan Indonesia) pembuatan sumur bor pun terwujud.

"Air itu sangat bermanfaat banget. Alhamdulillah sekarang ada kita sebutnya PDAM lokal karena bisa digunakan oleh masyarakat," ujar bidan kelahiran Banjarnegara, 29 Juni 1974 tersebut.

Bidan Listiyani menuturkan seorang bidan itu tidak harus mengembangkan seputar persalinan dan ibu hamil saja, tapi keadaan di sekitar desa juga ikut ambil peran seperti halnya dalam menurunkan angka kematian ibu dan juga bayi. Salah satunya adalah dengan pembutan sumur bor sehingga kebutuhan air bersih untuk proses persalinan dan juga perawatan bayi tersedia.

Menurutnya sebelum tahun 2009 masih ada angka kematian ibu dan bayi, tapi setelah tahun 2009 jumlahnya berkurang dan bahkan tidak ada. Hal ini menunjukkan dengan adanya sumur dan ketersediaan air bersih turut menurunkan angka kesakitan dan mortalitas.

Air bersih dari sumur bor merupakan sumber utama dari masyarakat terutama di desa Sambirejo, Gunung Kidul, Yogyakarta. Ini karena dulunya masyarakat harus menempuh jarak kurang lebih 2 km ke arah gunung dan harus mengantre bahkan sampai tengah malam untuk mendapatkan akses air bersih.

Bidan Listiyani berharap nantinya dapat memperluas jaringan air bersih ini ke beberapa rumah penduduk lainnya karena belum semuanya terjangkau. Dia pun berharap ada tower permanen sehingga dapat menurunkan beban biaya listrik.

Sumber : http://health.detik.com/read/2012/11/03/140048/2080542/763/bidan-listiyani-inisiatif-sumur-bor-untuk-kurangi-kematian-ibu-dan-bayi?l992205755

Tidak ada komentar:

Posting Komentar