Sabtu, 28 Juli 2012

Tidak Timbulkan Gejala, Hepatitis Sulit Dideteksi

Putro Agus Harnowo - detikHealth


Jakarta, Penyakit hepatitis sampai saat ini masih menjadi masalah global dan belum sepenuhnya berhasil diatasi. WHO bahkan telah memasukkan penyakit infeksi virus hepatitis sebagai salah satu agenda prioritas kesehatan dunia. Sebagian besar infeksi virus hepatitis terjadi di Asia Pasifik, termasuk di Indonesia.


Di Indonesia, penanganan hepatitis sudah berjalan sejak tahun 1991 namun masih belum mencapai hasil yang menggembirakan. Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 yang menemukan bahwa sebanyak 10 persen atau sekitar 25 juta penduduk Indonesia dipekirakan terinfeksi virus hepatitis. Sebanyak 50 persen di antaranya berkembang menjadi kronis dan 10 persen lainnya berkembang menjadi kanker hati.

"Tingkat infeksi tersebut hampir sama di semua kelompok umur. Di kelompok anak-anak berusia 1 - 4 tahun bahkan mencapai sekitar 7,3 persen. Untuk yang pernah terinfeksi, semakin tua semakin banyak yang pernah terserang hepatitis B," kata DR Dr Rino Alvani Gani, SpPD, K-GEH, FINASIM dari Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia dalam acara Temu Media mengenai Hepatitis di Kementerian Kesehatan, Jumat (20/7/2012).

Data juga menemukan bahwa sebanyak 50 persen balita sudah pernah mendapat imunisasi hepatitis. Pemerintah telah mencanangkan program imunisasi hepatitis secara nasional sejak tahun 1997. Agaknya, cakupan yang diraih program pemerintah kurang luas sehingga hasilnya masih belum optimal.

Di Indonesia, yang banyak menjadi ancaman adalah hepatitis A, B dan C. Ketiga jenis hepatitis ini disebabkan oleh infeksi virus dan dapat menyebabkan kerusakan hati hingga kanker jika tidak ditangani dengan baik. Di antara ketiga jenis hepatitis tersebut, sebanyak 80% kasus disebabkan oleh hepatitis B. Terkadang penyakit hepatitis ini disertai penyakit HIV akibat ditularkan lewat suntikan jarum narkoba.

"Masalahnya, tidak semua penderita tahu dirinya sudah terinfeksi virus hepatitis dan tidak semuanya sudah memeriksakan diri. Sebanyak 80 persen infeksi hepatitis B dan C tidak menimbulkan gejala dan keluhan apa pun sampai kemudian hati sudah parah. Bahkan hati yang 30 persen normal saja masih bisa berfungsi dengan baik," kata dr Rino.

Dr Rino menambahkan, untuk dapat sampai menimbulkan sirosis, infeksi hepatitis membutuhkan waktu sekitar 30 tahun. Sedangkan untuk menimbulkan kanker hati dibutuhkan waktu 30 - 40 tahun. Yang mengkhawatirkan, hingga saat ini belum ditemukan adanya vaksin yang dapat mengatasi penyakit hepatitis B dan C secara efektif.

Oleh karena itu, pemeriksaan infeksi virus hepatitis ini masih memang sangat diperlukan. Penanganan sejak dini diharapkan mampu mencegah perkembangan virus dan mencegah kerusakan hati lebih lanjut. Sayangnya, pemeriksaan hati dan pengobatan hepatitis belum tercakup dalam Jamkesmas. Jadi masyarakat harus merogoh kocek sendiri untuk mengetahui apakah dirinya terinfeksi hepatitis atau tidak.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk menjalani rapid test infeksi virus hepatitis sekitar Rp 30 - 50 ribu. Jika dilanjutkan pada tahap lanjut maka biayanya sekitar Rp 100 - 150 ribu. Apabila hasilnya positif, harus dilakukan pemeriksaan lanjut untuk mengetahui DNA virus yang akan menghabiskan sekitar Rp 2 juta. Tes ini biasanya dilakukan berulang. Untuk pengobatannya, bisa mencapai sekitar Rp 120 juta jika kasusnya sudah parah.

"Pengobatan hepatitis memang belum masuk skema Jamkesmas, tapi baru diajukan untuk masuk bulan ini. Semoga tahun depan sudah dapat dinikmati," kata dr Mohammad Subuh, MPPM, Direktur Pengendalian Penyakit Menular Langsung, Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan RI. 

Gerakan Anti Vaksin Bisa Hambat Pencegahan Hepatitis

Vera Farah Bararah - detikHealth


Jakarta, Imunisasi atau vaksin sudah terbukti bisa mencegah berbagai penyakit, termasuk hepatitis B dan C. Tapi maraknya kampanye anti vaksin membuat pencegahan terhadap hepatitis ini terhambat.


"Saya sangat risau dengan adanya gerakan anti imunisasi, karena kita tahu bahwa seorang bayi kalau ia terinfeksi hepatitis itu kemungkinan jadi kronis kemudian sirosis, kanker hati itu 90 persen," ujar Menkes Nafsiah Mboi disela-sela acara peringatan Hari Hepatitis Sedunia di Gedung Kemenkes, Jakarta, Sabtu (28/7/2012).


Menkes menuturkan hepatitis bisa dicegah melalui imunisasi tersebut dan sebagian hepatitis bisa diobati. Kalau semua bayi mendapatkan imunisasi maka insyaallah hepatitis ini bisa dicegah.

"Janganlah anti imunisasi, karena dengan imunisasi kita bisa selamatkan jutaan bayi-bayi kita. Semua bayi dapat imunisasi gratis karena hepatitis ini sudah termasuk imunisasi dasar," ungkapnya.

Hepatitis merupakan masalah kesehatan yang besar, sekitar 2 miliar penduduk dunia pernah terinfeksi virus hepatitis B. Dan penyakit hati merupakan penyebab kematian terbanyak, masuk ranking ke-2 dalam kelompok penyakit infeksi.

"Hepatitis itu bisa dicegah dan ada macam-macam hepatitis. Hepatitis A ditularkan melalui makanan jadi lewat mulut karena itu kebersihan sangat penting. Perilaku hidup bersih dan sehat sangat penting," ujar Menkes.

Hepatitis B dan C itu penularannya sama seperti HIV melalui darah, hubungan kelamin atau hubungan seks maupun dari ibu ke bayinya. Oleh karena itu pencegahannya sama yaitu kebersihan, hidup sehat dan menjauhi perilaku berisiko sehingga tidak terjadi penularan itu.

"Sekali lagi semua bisa dicegah, kita semua punya pengetahuan dan cara-cara pencegahannya serta pengobatannya itu sangat-sangat mahal. Untuk itu saya akan terus menyuarakan imunisasi-imunisasi mulai bayi," imbuhnya.

Sementara itu Menteri BUMN Dahlan Iskan yang juga pernah menderita hepatitis menuturkan jika sudah sampai tahap sirosis atau kanker hati maka dibutuhkan transplantasi hati yang biayanya tidaklah murah dan tidak mudah mendapatkan donronya.

"Transplantasi bukan jalan keluar yang terbaik, karena setelah operasi penanganan dan pengobatannya begitu rumit dan mahal. Jadi jalan terbaik adalah imunisasi untuk pencegahan," ujar Dahlan Iskan.

Gambar Hati Normal, Sirosis Hati, dan Kanker Hati

Hati Normal



Sirosis Hati



Kanker Hati

Hal yang perlu Anda tanyakan kepada Dokter




Daftar pertanyaan di bawah ini dapat membantu Anda dalam melakukan konsultasi dengan dokter Anda.
  • Apakah saya berisiko terinfeksi hepatitis C? 
  • Di mana saya bisa menjalani tes hepatitis C? 
  • Bagaimana seseorang bisa terinfeksi hepatitis C? 
  • Tes apa yang akan diberikan untuk mengetahui apakah saya terinfeksi hepatitis C atau tidak? 
  • Apakah itu genotipe dan kenapa ini sangat penting? 
  • Bagaimana cara saya mencegah penyebaran hepatitis C? 
  • Bagaimana prosedur pemeriksaan kesehatan hati saya? 
  • Apakah keuntungannya bila saya melakukan pengobatan hepatitis C sekarang? 
  • Apa efek samping yang dapat timbul selama pengobatan dilakukan? 
  • Apakah setiap orang mengalami efek samping ini? 
  • Apakah efek samping ini terus berlangsung sampai pengobatan selesai? 
  • Bagaimana saya bisa tahu apakah pengobatan yang saya lakukan berhasil? 
  • Bagaimana keberhasilan pengobatan mempengaruhi kesehatan saya seumur hidup? 
  • Apa risikonya jika saya tidak melakukan pengobatan terhadap hepatitis C? 

Pengobatan Hepatitis C



molekul Pegylated Interferon

Hepatitis C dikenal sebagai wabah terselubung, yaitu penyakit dengan gejala yang tidak kentara, jika tidak diobati akan berakibat fatal karena bisa mengakibatkan sirosis, kanker hati dan berakhir dengan kematian. Hepatitis C belum ada vaksinnya tetapi penyakit ini bisa diobati. Memilih pengobatan yang tepat untuk menangani virus hepatitis C adalah salah satu keputusan penting yang harus Anda ambil. Pengobatan dapat membantu penderita hepatitis C untuk mengurangi kadar virus di dalam darah mereka, sampai akhirnya virus ini tidak dapat terdeteksi lagi. Terobosan terbaru dalam penatalaksanaan hepatitis C saat ini telah meningkatkan kesempatan pasien untuk sembuh.

Bahkan saat ini kita sudah dapat memprediksi pencapaian kesembuhan pasien dengan memeriksa HCV RNA dalam satu bulan terapi (rapid virological response) dan tiga bulan terapi (early virological response). Tujuan akhir dari terapi hepatitis C adalah tercapainya respon virologi menetap (sustained virological response) yaitu tidak terdeteksinya virus enam bulan setelah terapi selesai.Penggabungan terapi dengan menggunakan pegylated interferon alfa-2a (40KD) dan ribavirin dapat membuat virus tidak terdeteksi lagi (sustained virological response), 5 dari 10 orang dengan genotipe 1, dan 8 dari 10 orang dengan genotipe 2 dan 3.

a. Pengobatan Hepatitis C.

Hepatitis C biasanya diobati dengan interferon tunggal atau kombinasi interferon dengan ribavirin. Interferon merupakan protein yang tak asing bagi tubuh manusia. Bahkan, secara terus-menerus tubuh manusia memproduksi interferon dan produksi interferon ini akan semakin banyak pada saat tubuh berusaha berjuang melawan virus.

Meskipun interferon suntik sedikit berbeda dengan yang dihasilkan tubuh, interferon ini dapat membantu menumpas virus dengan dua cara:
  • Pertama sebagai imunomodulator membantu sistem imun dalam menghentikan perkembangbiakan virus.
  • Kedua sebagai antiviral – menginduksi jalur degradasi RNA melalui induksi enzim  2’-5’-OAS sehingga mencegah replikasi virus.

Interferon yang digunakan untuk pengobatan hepatitis C meliputi interferon alfa dan pegylated interferon alfa. Jangan berusaha mengobati sendiri. Sangat penting bagi Anda untuk mengikuti petunjuk dari dokter.

Pegylated interferon alfa -2a merupakan obat terbaru yang ada saat ini dan paling efektif untuk melawan virus Hepatitis C.
Terapi dengan jamu belum terbukti secara klinis efektif melawan virus Hepatitis C. Hati-hati karena jamu belum tentu aman dan mungkin memperberat fungsi hati.

Ribavirin merupakan obat yang sering dikombinasikan dengan suntikan interferon alfa untuk membantu menghentikan perkembangbiakan virus hepatitis C dan meningkatkan kerja interferon alfa. Ribavirin tidak bisa digunakan secara tersendiri untuk hepatitis C. 

Bahkan, di dalam penelitian klinis, kombinasi terapi pegylated interferon alfa -2a dengan ribavirin menghasilkan lebih banyak pasien yang mencapai respon virologi menetap bila dibandingkan dengan terapi tunggal menggunakan pegylated interferon alfa-2a saja.

Bila interferon alfa yang lama (konvensional) biasanya disuntikkan 3 kali seminggu, maka pegylated interferon alfa-2a hanya disuntikkan satu kali seminggu. Sementara ribavirin merupakan obat oral yang mewajibkan Anda meminumnya beberapa tablet/kapsul setiap hari.


Apa yang Dimaksud dengan Genotipe?


Pernahkah Anda menggandakan kunci dan mengetahui bahwa sedikit perbedaan kecil pada kunci duplikat itu bisa menyebabkan kunci tersebut tidak dapat digunakan. Dengan demikian Anda dapat mengetahui bahwa perbedaan kecil sekalipun dapat menyebabkan kunci tersebut tidak berfungsi. Walaupun kunci tersebut terbuat dari bahan yang sama, memiliki fungsi yang sama, tetapi bentuk dari kunci yang baru bisa tidak cocok dengan lubang kunci yang tersedia.

Walaupun memiliki banyak kesamaan, perbedaan genetik yang sangat kecil antar virus dapat menyebabkan perbedaan yang kecil maupun yang sangat besar. Pada kasus hepatitis C, perbedaannya bukan pada bagimana virus ini mempengaruhi tubuh Anda, tetapi pada bagaimana virus ini merespon terapi pengobatan yang diberikan.





Terdapat 10 jenis utama virus hepatitis C (yang disebut genotipe). Setiap jenis ditandai dengan nomor dari 1 sampai 10. Setiap jenis memiliki sebaran wilayah masing -masing. Misalnya, genotipe jenis 1, 2, dan 3 adalah jenis yang paling sering ditemui di Amerika Utara dan Eropa Barat, Australia, Timur Jauh dan daerah Asia Pasifik. Di Indonesia, genotipe 1 adalah jenis virus yang paling banyak dijumpai pada kasus hepatitis C.

Mengetahui genotipe Anda sangatlah penting karena ini berpengaruh terhadap rencana pengobatan dan respon terhadap terapi. Jika Anda tidak tahu genotipe dari virus yang Anda idap, berkonsultasilah dengan dokter Anda. 

Hanya dokter Anda yang dapat memutuskan berapa lama terapi yang dibutuhkan untuk genotipe tertentu, tetapi pada umumnya penderita dengan genotype 1 dan 4 membutuhkan 48 minggu perawatan, dan penderita dengan genotipe 2 dan 3 hanya membutuhkan 24 minggu perawatan.

Diagnosa Hepatitis C



Diagnosa awal adalah melalui tes darah sederhana untuk mendeteksi keberadaan virus hepatitis C atau jumlah virus yang ada dalam jaringan tubuh. Jika virus terdeteksi dalam tubuh Anda ini berarti Anda memiliki hepatitis C. Kemudian dokter akan memeriksa keadaan kesehatan hati Anda.


Cara yang paling umum atau biasa digunakan untuk memeriksa masalah hati adalah melalui tes fungsi hati, suatu tes darah yang memeriksa zat-zat kimia dalam tubuh yang dihasilkan oleh hati dalam berkerja menjalankan fungsinya:


  • ALT (SGPT) – suatu enzim yang bila dalam keadaan normal berada di dalam sel hati dan di dalam darah. Ketika sel hati rusak, enzim ini merembes ke dalam aliran darah sehingga menyebabkan kadar ALT (SGPT) meningkat. Tes ALT (SGPT) yang hanya dilakukan sekali belum tentu bisa menunjukkan seberapa parah perusakan yang telah terjadi dan seringkali orang yang menderita hepatitis C kronis memiliki kadar ALT (SGPT) normal. Enzim hati lainnya yang biasanya diukur melalui tes darah ini adalah AST (aspartate aminotransferase/ SGPT), GGT (gamma-glutamyl transferase), dan alkaline phosphatase.
  • Bilirubin -  suatu pigmen berwarna kuning yang disalurkan ke dalam hati ketika sel darah merah pecah. Jika hati tidak bekerja dengan baik maka kadar bilirubin dalam darah akan naik.
  • Albumin – adalah suatu protein yang dihasilkan oleh hati. Penurunan jumlah albumin dapat mencerminkan buruknya fungsi hati.
  • Prothrombin Time – Ketika mengalami kerusakan, hati akan gagal memproduksi zat pembeku darah dalam jumlah yang memadai. Tes ini mengukur kemampuan pembekuan darah. Pada gangguan fungsi hati Prothrombin Time (PT) memanjang.
  • Penghitungan darah lengkap – penghitungan darah lengkap dapat membantu mendeteksi kondisi umum/ keseluruhan hati.

Bila diperlukan dokter Anda juga mungkin akan melakukan biopsi hati yaitu suatu prosedur yang dilakukan dengan mengambil sepotong kecil jaringan hati dengan menggunakan jarum biopsi, yang kemudian dianalisis di bawah mikroskop oleh ahli patologi anatomi. Biopsi hati biasanya direkomendasikan untuk diagnosis kelainan hati atau untuk menentukan derajat beratnya kelainan hati.

Apakah Anda Berisiko Terinfeksi Virus Hepatitis C?



Anda bisa saja terinfeksi virus Hepatitis C sejak lama dan tidak merasakan gejalanya, fakta ini menjadikan tes dan pengobatan hal yang sangat penting. Banyak orang tidak menyadari bagaimana mereka dapat terinfeksi virus hepatitis C. Ini bukanlah hal yang mengejutkan karena Anda bisa terinfeksi virus hepatitis C dari berbagai macam cara, termasuk melalui hal sepele yang Anda pikir tidaklah berbahaya, bahkan hal yang tidak pernah terlintas di pikiran Anda.


Apakah Saya Termasuk Kelompok Risiko Tinggi Untuk Terkena Hepatitis C?



Anda dapat mengenalinya melalui jawaban kuesioner berikut :

  • Apakah Anda pernah menerima transfusi darah atau produk darah dan/ atau transplantasi organ tubuh? 
    ya - tidak
  • Apakah Anda pernah melakukan hemodialisa/cuci darah? 
    ya - tidak
  • Apakah Anda memiliki anggota keluarga yang menderita Hepatitis C?
    ya - tidak
  • Apakah Anda memiliki tato atau ditindik dengan menggunakan jarum yang tidak steril? 
    ya - tidak
  • Apakah Anda pernah melakukan aktivitas seksual risiko tinggi tanpa pelindung (kondom)? 
    ya - tidak
  • Apakah Anda salah satu dari pekerja profesional kesehatan dan pernah kontak dengan darah di tempat kerja? 
    ya - tidak
  • Apakah Anda menggunakan pemotong kuku, gunting, sisir, sikat gigi atau alat cukur (yang mungkin tercemar darah di dalamnya) bersama dengan orang yang terinfeksi hepatitis C? 
    ya - tidak
Jika Anda menjawab “YA” dari salah satu pernyataan di atas, segeralah berkonsultasi dengan dokter Anda!

Apakah Anda terinfeksi Hepatitis C?


Apabila dokter umum Anda meminta Anda untuk melakukan test hepatitis C, tanyakanlah apakah Anda perlu merujuk kepada spesialis gastroentero-hepatologi (ahli pencernaan dan hati) untuk memastikan bahwa Anda benar – benar positif mengidap hepatitis C.

Ingin tahu pentingnya melakukan tes? Berikut adalah alasan yang dapat menjadi pertimbangan:


Penelitian membuktikan bahwa penderita hepatitis C yang berusia lebih muda dan mereka yang belum mengalami gejala kerusakan hati yang parah merespon pengobatan dengan lebih baik.


Anda berisiko menularkan hepatitis C kepada orang-orang yang berada di sekitar Anda karena Anda tidak tahu telah mengidap hepatitis C. Ada banyak cara penyebaran hepatitis C, termasuk penggunaan barang-barang pribadi (pisau cukur atau sikat gigi) secara bersamaan atau kecelakaan kecil di rumah yang menyebabkan siapa saja dapat bersentuhan dengan darah Anda.

Dengan tidak melakukan tes Anda tidak hanya membahayakan diri Anda sendiri tetapi juga orang-orang yang Anda sayangi. Jadi lakukanlah tes sekarang juga dan ketahuilah pilihan pengobatan yang benar.


Mitos dan Fakta tentang Hepatitis C






Mitos:
Apabila hepatitis C adalah penyakit yang benar-benar berbahaya bagi saya, maka saya akan merasakan gejalanya.
Fakta:
Gejala hepatitis C sangat sering sekali tidak tampak. 80% dari penderita hepatitis C tidak merasakan gejala dari penyakit ini. Kerusakan hati bisa terjadi dengan atau tanpa menunjukkan gejala.



Mitos:
Jika saya terinfeksi hepatitis C, saya pasti mengetahui bagaimana saya terinfeksi. Hanya orang-orang yang memiliki latar belakang perilaku berisiko tinggi terinfeksi hepatitis C yang perlu melakukan tes.
Fakta:
30% dari penderita hepatitis C kronis tidak tahu bahwa mereka terinfeksi. Setiap orang berisiko terinfeksi, lakukanlah tes dan dapatkanlah informasi sejelas-jelasnya tentang hepatitis C.



Mitos: 
Karena hepatitis C adalah kondisi jangka panjang, maka pengobatan dilakukan sekarang atau nanti akan sama efektifnya.
Fakta:
Penelitian telah membuktikan bahwa penderita hepatitis C yang ditangani dengan baik sebelum terjadi kerusakan hati memberikan respon lebih baik terhadap pengobatan yang dilakukan.



Mitos:
Hepatitis C tidaklah sebanyak HIV.
Fakta:
Jumlah orang terinfeksi Hepatitis C adalah lebih dari 4 kali lipat jumlah orang terinfeksi HIV. Penularannya pun jauh lebih mudah dibandingkan HIV.



Mitos:
Hanya orang-orang yang mengunakan obat-obatan terlarang dalam jangka waktu yang panjang yang berisiko tinggi terinfeksi hepatitis C.
Fakta:
Pengguna ataupun bukan bisa saja memiliki risiko terkena hepatitis C.



Mitos:
Efek samping yang disebabkan oleh pengobatan lebih membahayakan daripada penyakit itu sendiri.
Fakta:
Walaupun efek samping dari pengobatan ini bisa menjadi tantangan, tetapi banyak pasien yang berhasil melaluinya dengan baik. Efek samping yang serius hanya terjadi pada beberapa orang saja. Kebanyakan efek samping bersifat ringan – sedang dan dapat ditangani dengan obat-obatan simptomatik.



Mitos:
Pengobatan hepatitis C merepotkan dan tidak nyaman.
Fakta:
Interferon konvensional memang perlu disuntikkan 3 kali seminggu, tetapi sekarang sudah ada pegylated interferon yang hanya perlu disuntikkan 1 kali seminggu dan terbukti lebih efektif.



Mitos:
Hanya sedikit dari penderita yang memiliki respon positif terhadap pengobatan.
Fakta:
Respon yang terjadi berbeda-beda pada setiap golongan pasien. Penelitian menunjukkan 66 -100 % pasien yang menggunakan pegylated interferon alfa-2 a memberikan respon positif. Tetapi andaikata terapi yang dilakukan tidak dapat memusnahkan seluruh virus yang ada di dalam tubuh Anda, paling tidak pengobatan ini bisa membantu mengurangi peradangan.



Mitos:
Jika enzim hati di dalam tubuh saya normal, maka penyakit saya berada di bawah kendali.
Fakta:
Walaupun test enzim hati ini sering dilakukan dan bisa berguna pada banyak kondisi, kadar ensim hati bukanlah suatu test yang akurat untuk mengetahui perkembangan penyakit Anda. Bisa saja kadar enzim hati normal tapi kerusakan telah parah.



Mitos:
Jika jumlah virus hepatitis C di dalam darah saya rendah, maka penyakit yang saya derita tidak terlalu berbahaya.
Fakta:
Jumlah virus di dalam darah tidak menunjukkan secara jelas perkembangan penyakit dan kondisi kesehatan hati Anda.



Mitos:
Biopsi hati bisa membuat penyakit lebih berat dan menyebar.
Fakta:
Pada umumnya para pakar ilmu penyakit hati (hepatologi) di dunia sepakat bahwa biopsi hati merupakan salah satu alat bantu diagnosis yang paling akurat. Biopsi hati bermanfaat untuk memastikan diagnosis, menengarai kemungkinan penyebab lain, menilai gradasi aktivitas peradangan, menilai derajat beratnya kerusakan hati dan mengevaluasi hasil pengobatan.


Apa yang Sebaiknya Anda Lakukan jika terkena hepatits?


Apabila hati Anda mengalami kerusakan, ada beberapa cara untuk menjaga agar perusakan hati tidak berlanjut. Anda harus segera berkonsultasi dengan dokter atau profesional medis mengenai kondisi Anda sebenarnya. Secara umum beberapa langkah berikut dapat membantu Anda:

  • Hindari alkohol. Hati menganggap alcohol sebagai zat beracun, jadi hati menyaring dan membuangnya. Ketika seseorang terinfeksi hepatitis C, alkohol dapat secara signifikan meningkatan perusakan hati. Hindari konsumsi alkohol bersamaan dengan asetaminofen (obat penghilang rasa sakit yang dijual bebas di pasaran). Ketika Anda mengkonsumsinya secara bersamaan ini dapat memperparah perusakan hati.

  • Makanlah makanan sehat. Ketika hati Anda mengalami kerusakan, maka tubuh Anda tidak akan mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan. Anda akan merasa lelah atau lemas. Anda juga akan kehilangan nafsu makan. Oleh sebab itu sangatlah penting bagi Anda untuk menjaga asupan nutrisi harian yang Anda butuhkan untuk menjaga berat badan dan energi Anda pada level yang seharusnya.
  • Minumlah air yang banyak. Air adalah salah satu bagian penting yang berpengaruh di dalam fungsi tubuh kita. Air membantu untuk menghilangkan racun dan membantu melakukan proses penyerapan terhadap nutrisi penting. Meminum air dalam jumlah yang diperlukan juga dapat membantu menghilangkan efek samping selama pengobatan atau terapi. Tetapi perlu juga diperhatikan, apabila Anda sudah mengalami sirosis pengurangan cairan perlu dilakukan jika tubuh Anda mengandung terlalu banyak cairan.
  • Mengurangi garam dalam pola makan Anda. Ketika penyakit hati menjadi semakin parah, ginjal akan bereaksi untuk menyimpan garam dan air. Garam berfungsi seperti sepon yang menyerap air, hal ini meyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh. Mengurangi garam dalam pola makan dan membatasi jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuh Anda dapat membantu mengurangi penumpukan kadar cairan dalam tubuh.
  • Dapatkan vaksinasi untuk mencegah hepatitis A dan hepatitis B. Ko-infeksi hepatitis C dengan jenis hepatitis yang lain dapat menyebabkan kerusakan hati yang lebih parah lagi. Walaupun belum ada vaksin untuk hepatitis C, vaksinasi untuk mencegah penderita hepatitis C dari infeksi virus hepatitis A dan hepatitis B dapat dilakukan. Berkonsultasilah dengan dokter atau profesional medis mengenai tindakan vaksinasi ini.
Walaupun hepatitis C dapat menyebabkan timbulnya jaringan parut dan radang pada hati, pengobatan yang yang tepat dapat membantu mengurangi peradangan yang terjadi.

Bagaimana Hepatitis C Mempengaruhi Hidup Anda?





Virus hepatitis C menyerang sel di dalam hati dan mengunakannya sebagai tempat berkembang biak. Ketika tubuh menyerang virus ini dengan mengirim limfosit (sejenis sel darah putih) ke hati terjadilah peradangan. Peradangan ini adalah respon yang normal terhadap infeksi, tetapi bila hal ini terus berlangsung, zat-zat kimia yang dikeluarkan oleh limfosit dapat menyebabkan kerusakan sel hati.



Ketika sel hati rusak, mereka tidak dapat berfungsi dengan baik dan mati. Beberapa dari sel hati ini dapat tumbuh kembali, tetapi perusakan yang parah dapat berakibat pada terjadinya fibrosis (terbentuknya jaringan parut pada hati). Fibrosis menyebabkan kemunduran semua fungsi hati. 



Pengobatan bisa mencengah atau mengurangi perusakan lebih lanjut lagi. Oleh sebab itu semakin lama pengobatan ditunda kerusakan hati yang terjadi semakin parah dan semakin sulit diobati.



Bila diteruskan, jaringan parut akan mengeras dan menggantikan sebagian besar sel hati yang normal. Kondisi ini disebut sirosis, istilah medis untuk “pengerasan hati”. Bila seseorang mengalami sirosis, itu berarti bahwa sebagian besar hatinya telah rusak dan tidak bisa berfungsi lagi dengan normal. Sirosis bisa sangat berbahaya bila tidak ditangani dengan benar. Ini terjadi pada lebih dari 20% penderita kronik virus hapatitis C, dan bisa tidak terdeteksi hingga bertahun lamanya. 


Bagaimana saya terkena hepatitis C ?


Virus hepatitis C adalah virus yang terkandung dalam darah, artinya virus ini menyebar/menular melalui darah dan produk-produk darah. Cara penularan umumnya meliputi:
  • Luka tusuk jarum suntik di kalangan tenaga kesehatan.
  • Transfusi darah sebelum pertengahan tahun 1992 (selepas tahun 1992, bank darah mulai melakukan penapisan secara ketat untuk Hepatitis C dengan menerapkan cara pemeriksaan yang efektif).

  • Pemakaian narkoba suntik (misalnya pemakaian jarum suntik yang sama secara bergantian).


Cara-cara penularan lainnya meliputi :
  • Akupunktur dan tindikan pada tubuh dengan menggunakan jarum yang tidak disterilisasi atau dibersihkan sebagaimana mestinya.
 

  • Tato dengan menggunakan jarum yang tidak disterilisasi atau tinta yang telah terkontaminasi.

  • Pemakaian barang-barang perawatan pribadi secara bergantian (misalnya pisau cukur, sikat gigi, gunting atau pengikir kuku) dan alat-alat rumah tangga lainnya yang telah terkena darah.

  • Pemakaian kokain hisap dengan menggunakan sedotan atau alat lain yang sama secara bergantian di antara pemakai. Pemakaian sedotan untuk menghisap kokain bisa menyebabkan kontak darah melalui luka atau goresan pada hidung.
  • Aktivitas seksual yang menyebabkan perdarahan atau kontak darah antara pasangan yang terinfeksi dan yang tidak terinfeksi (misalnya melalui luka yang terbuka).
Virus hepatitis C tidak menular melalui kontak biasa seperti berpelukan, bersin, batuk atau duduk berdekatan dengan pengidap Hepatitis C.
Hepatitis C jarang ditularkan lewat aktivitas seksual. Namun, ada kecenderungan bahwa mereka yang memiliki banyak pasangan seksual juga memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami infeksi virus hepatitis C.

Satu - satunya cara untuk melindungi diri Anda adalah dengan menghindari perilaku seks yang berisiko, seperti melakukan hubungan seksual dengan banyak pasangan atau dengan satu pasangan yang status kesehatannya tidak jelas.

Sekalipun jarang, hepatitis C bisa juga menular dari ibu kepada anaknya selama proses persalinan. Sebagian besar penelitian memperkirakan bahwa risiko penularan melalui cara ini meningkat hingga 8%. Kegiatan menyusui belum ditemukan terkait dengan penularan virus hepatitis C.


Bila Anda atau pasangan Anda mengidap hepatitis C, dan Anda (bila Anda seorang isteri) atau isteri Anda (bila Anda seorang suami) tengah mengandung ataupun Anda dan pasangan tengah berencana untuk memiliki anak, sebaiknya Anda berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter perihal tindakan pencegahan yang perlu dilakukan.

Dengan mengetahui cara penularanya, maka kita dapat berusaha untuk dapat mencegah terpapar oleh penyakit Hepatitis C. 



Bagaimana Keluhan dan Gejala Hepatitis?



Penderita terinfeksi hepatitis C dari berbagai macam cara. Mereka bisa saja tidak merasakan gejalanya sama sekali. Faktanya, gejala pada hepatitis C yang kronis tidak tampak sampai kerusakan hati yang parah terjadi. Oleh sebab itu, sangat penting untuk melakukan tes kesehatan hati Anda, misalnya memeriksa kadar ensim pada darah atau tes darah lainnya, USG hati, atau biopsy hati.



Gejala-gejala hepatitis bisa hilang timbul atau mungkin hanya bersifat temporer. Namun, proses kerusakan hati tetap saja terjadi, terlepas dari ada tidaknya gejala. Gejala yang berat bisa juga muncul tanpa terjadinya proses kerusakan hati yang permanen tetapi ini jarang.
Bila Anda mengalami salah satu atau lebih dari gejala-gejala di bawah, mungkin saja Anda terinfeksi virus hepatitis C. Sangat jarang orang yang mengidap infeksi virus hepatitis C mengalami semua gejala Hepatitis C.

Gejala biasanya terjadi pada lebih kurang 5% dari seluruh pengidap Hepatitis C dan gejala-gejala itu meliputi :

  • rasa letih,
  • demam,
  • menggigil
  • tidak nafsu makan
  • mual dan muntah
  • kuning
  • nyeri perut kanan atas
  • penurunan berat badan yang tidak diketahui sebabnya
Bila Anda merasa yakin berisiko tertular Hepatitis C, sebaiknya Anda segera berkonsultasi dengan dokter Anda.

Ingat: Apa yang Anda rasakan tidak dapat menjadi ukuran terhadap seberapa parahnya kerusakan fisik yang Anda alami. Jika Anda menunggu sampai merasakan gejalanya sebelum melakukan pengobatan mungkin saja hati Anda sudah mengalami kerusakan parah.


Sumber : http://hepatitis.roche.co.id/content3.php

Apakah Hepatitis C Itu?




Ilustrasi Virus Hepatitis C

Hepatitis C adalah salah satu tipe virus yang menyerang hati. Ketika virus ini berkembang biak, virus ini membunuh sel hati dan memancing sistem kekebalan tubuh untuk melakukan perlawanan. Reaksi serangan ini bisa berakibat fatal pada hati seperti terjadinya peradangan dan/ atau terbentuknya jaringan parut/ fibrosis pada hati. Jika hal ini terus dibiarkan terjadi tanpa melakukan pengobatan dapat berakibat pada terjadinya kerusakan hati yang sangat serius seperti sirosis (pengerasan hati karena terbentuknya jaringan parut) atau kanker hati.

Kebanyakan orang yang terinfeksi virus hepatitis C berlanjut menjadi hepatitis C yang kronis. Infeksi ini menjadi kronis (menahun) karena sistem kekebalan tubuh sudah tidak lagi bisa memerangi virus ini.

Anda mungkin berpikir kondisi seperti ini akan membuat Anda semakin merasakan sakit seiring berjalannya waktu. Tetapi perlu diketahui bahwa, pada sebagian besar orang, hepatitis C adalah asimtomatik yang artinya mereka tidak merasakan gejala apa–apa selama bertahun-tahun sejak terinfeksi hepatitis C. Tidak ada yang bisa memastikan apakah gejala-gejala ini akan timbul di waktu kemudian.

Ini adalah bagian yang amat menjebak : tidak merasakan gejalanya bukan berarti virus hepatitis C tidak sedang merusak hati Anda. Virus ini tetap hidup di dalam tubuh Anda tanpa memberikan gejala yang pasti. Faktanya, banyak orang yang tidak merasakan gejalanya sampai kerusakan hati yang parah terjadi. Itulah mengapa amat penting melakukan tes dan berkonsultasi dengan dokter Anda mengenai pengobatan hepatitis C.

Mengenal Fungsi Hati




Hati adalah satu dari sejumlah organ terpenting dalam tubuh manusia yang memiliki kurang lebih 500 fungsi vital untuk keberlangsungan proses metabolisme.

Karenanya adalah tidak mungkin seorang manusia dapat mempertahankan kesehatannya tanpa keberadaan organ hati.
Beberapa fungsi diantaranya adalah :
  1. Mengubah racun, residu obat, alkohol dan bahan berbahaya yang diproduksi oleh tubuh menjadi unsur yang dapat diterima oleh organ lain untuk dikeluarkan melalui ginjal dan usus. Banyak jenis obat harus di cerna didalam hati sebelum berfungsi sempurna.
  2. Memecah sel darah merah yang sudah tua dan mengubah hemoglobin (substansi yang membawa oksigen di dalam sel darah merah) menjadi bile, untuk kemudian disalurkan kedalam kantung empedu untuk keperluan selanjutnya. Bila dibutuhkan, bile ini akan dikeluarkan melalui usus untuk membantu emulsi lipid serta menyerap vitamin yang dibutuhkan dari konsumsi makanan.
  3. Memproduksi, menyimpan dan mengedarkan glukosa untuk seluruh bagian tubuh. Disamping juga mengawasi kadar kolesterol dalam darah, mengolah dan memproduksinya sebanyak dibutuhkan.
  4. Mengolah protein, sebagaimana yang dibutuhkan untuk memproduksi kadar kekentalan darah, untuk mengirimkan zat gizi ke organ lainnya dan sebagian lagi berfungsi untuk memproduksi daya tahan tubuh atas infeksi.
Fungsi lainnya adalah :
  • Memproses karbohidrat, lemak, protein dan alkohol
  • Mencerna dan memproduksi bilirubin (dari sel darah merah), kolesterol, hormon dan oba

Mengenal Hepatitis C





Hepatitis C dikenal sebagai wabah terselubung (silent epidemic) yaitu penyakit dengan gejala yang tidak kentara. Banyak orang yang mengidap Hepatitis C tetapi sebagian besar dari mereka tidak sadar karena mereka tidak merasakan gejalanya selama bertahun-tahun sejak terinfeksi. Itulah alasan terbesar mengapa melakukan tes dan pengobatan menjadi sangat penting.





Peta konsentrasi hep.c



Menurut data dari Organisasi Kesehatan Se dunia (WHO) tahun 2000:
  • Angka kejadian infeksi virus hepatitis C di Indonesia hampir 2,4% dari seluruh penduduk (sekitar 7 juta orang).
  • Virus hepatitis C genotipe 1 merupakan genotipe yang paling sering ditemukan di Indonesia (sekitar 60%-65%).
  • Genotipe 1 merupakan genotipe yang sulit diobati/disembuhkan.

Dalam bahasa latin “hepatitis” berarti ”peradangan hati”. Penyebab peradangan ini bisa bermacam-macam, mulai dari virus, bahan kimia, obat-obatan dan alkohol. Virus hepatitis C adalah salah satu penyebab penyakit hati di Indonesia.

Ilustrasi Virus Hepatitis C

Virus hepatitis C adalah salah satu jenis virus hepatitis. Terdapat 7 jenis virus hepatitis yaitu: A, B, C, D, E, G dan TT. Di antara semua jenis virus ini, virus hepatitis C merupakan salah satu penyebab infeksi hati menahun (kronik) dan dapat berakhir pada sirosis, kanker hati dan kematian. Diperkirakan virus hepatitis C telah menyerang lebih dari 170 juta orang di seluruh dunia.

Virus hepatitis dapat menular dari satu orang ke orang lain, dengan cara penularan yang berbeda-beda. Hepatitis A menyebar melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi, sedangkan virus hepatitis B dan C menyebar terutama melalui kontak darah dan cairan tubuh. Seseorang bisa saja terinfeksi lebih dari 1 jenis virus hepatitis. Karena risiko yang berbahaya bagi hati penderita, seseorang yang menderita hepatitis C harus berkonsultasi dengan dokter untuk juga mendapatkan vaksin terhadap hepatitis A dan hepatitis B. Tidak seperti hepatitis A dan B, hepatitis C belum ada vaksinnya.