Jumat, 28 September 2012

Limbah Nuklir Dijadikan Baterai

Senin, 24 September 2012 | 10:49 WIB


KOMPAS.com — Bahan sisa pembuangan reaktor nuklir, americium-241, di Inggris akan dijadikan material bahan bakar pesawat ruang angkasa milik Badan Antariksa Eropa (ESA). Hal ini dilakukan oleh The British Sellafield karena americium-241 dapat menghasilkan panas selama beberapa tahun. Dengan begitu, limbah nuklir akan dapat didaur ulang.

Panas yang dihasilkan oleh americium-241 digunakan sebagai pemanas kapal di tengah dinginnya ruang angkasa, serta memberikan panas kepada sistem listrik kapal tersebut. Cara ini juga telah digunakan pada penjelajah Mars teranyar, Curiousity.

The British National Nuclear Laboratory telah memanen americium-241 dari plutonium sisa. ESA ingin mencari pengganti plutonium-238 yang sekarang ini hanya terdapat di Amerika Serikat dan Rusia. ESA pun percaya bahwa americium-241 akan menggantikan plutonium.

Setiap baterai nuklir hanya membutuhkan lima kilogram material. Hal ini mengindikasikan bahwa program nuklir Inggris bisa menyediakan semua kebutuhan ESA di masa mendatang.

Selain sebagai material untuk bahan bakar pesawat ruang angkasa, americium-241 telah menarik negara lain, seperti China dan India, untuk tujuan yang berbeda. Mereka tertarik untuk menjadikan americium-241 sebagai pelampung yang kelak memantau kondisi laut. (Arif Sujatmoko/National Geographic Indonesia). 


Sumber : http://sains.kompas.com/read/2012/09/24/10493929/Limbah.Nuklir.Dijadikan.Baterai

4 Penyebab Komplikasi Kehamilan

Penulis : Christina Andhika Setyanti | Kamis, 28 Juni 2012 | 14:59 WIB


KOMPAS.com - Hamil dan melahirkan sering dianggap sebagai peristiwa yang menyempurnakan kehidupan perempuan. Namun jika kehamilan Anda mengalami masalah, hal ini tentu belum dapat dianggap sebagai suatu kesempurnaan. Dan, masalah pada kehamilan bisa terjadi pada siapa saja, lho.
Menurut Dr dr Rinawati Rohsiswatmo, SpAK, dokter spesialis anak dan ahli neonatologi dari Brawijaya Women and Children Hospital, setiap proses kehamilan dan persalinan memiliki faktor risiko. "Sekitar 90 persen kehamilan dan persalinan adalah normal, dan 10 persennya berisiko mengalami gangguan," tukas dr Rina, saat talkshow kehamilan beberapa waktu lalu di Jakarta.
Senada dengan dr Rina, spesialis kebidanan dan kandungan Dr dr Ali Sungkar, SpOG, juga memaparkan beberapa faktor penyebab yang bisa mempengaruhi tingginya risiko terjadinya komplikasi selama kehamilan dan persalinan.
1. Riwayat medis dan pembedahan
Riwayat medis atau kesehatan yang dimiliki ibu sangat berpengaruh pada janin selama hamil. Beberapa penyakit yang dialami ibu selama hamil seperti penyakit jantung, tekanan darah tinggi, asma, kejang, sampai diabetes, akan sangat memengaruhi perkembangan janin selama kehamilan dan proses persalinan.

Penyakit-penyakit tersebut akan berpotensi menyebabkan pertumbuhan janin abnormal, prematur, BBLR (berat bayi lahir rendah), sampai kematian. "Penyakit yang paling banyak menyebabkan komplikasi medis kehamilan adalah tekanan darah tinggi. Beberapa obat penurun tekanan darah ternyata bisa menyebabkan kontraindikasi pada kehamilan," jelas Ali.
Sedangkan riwayat pembedahan yang berisiko meningkatkan komplikasi kehamilan adalah jika ibu pernah mengalami bedah caesar. Proses pembedahan yang pernah dialami akan berpengaruh pada proses persalinan selanjutnya.
Secara umum caesar dibagi menjadi dua jenis, yaitu seksio sesarea klasik, dan seksio sesarea transperitonealis profunda (SCTP). Pada caesar jenis klasik, peluang untuk VABC (vaginal birth after caesarian, atau melahirkan normal setelah pernah caesar) akan sulit dilakukan. Karena, pada operasi jenis ini dokter membuat sayatan memanjang di badan rahim (korpus uretri) sepanjang 10 cm. Jika VABC dilakukan pada perempuan yang pernah mengalami caesar klasik, ia akan berisiko mengalamiruptura uretri (robek pada dinding rahim).
2. Riwayat obstetri
Riwayat obstetri bisa disebut riwayat komplikasi kelahiran. Beberapa masalah yang pernah dialami saat melahirkan, dan berpotensi menimbulkan komplikasi antara lain adanya perbedaan Rh (rhesus) ibu dan janin, Rh sensitif, pernah mengalami perdarahan hebat, dan melahirkan prematur.

Selain itu, masalah yang berhubungan dengan plasenta seperti plasenta previa (jalan lahir tertutup plasenta), atau solustio plasentae (seluruh atau sebagian plasenta lepas) yang pernah dialami juga akan memengaruhi proses persalinan dan kehamilan selanjutnya.
3. Riwayat ginekologi
Riwayat ginekologi bisa menyebabkan komplikasi dalam kehamilan dan persalinan ibu hamil. Bumil yang pernah memiliki riwayat kasus kehamilan ektopik  (kehamilan yang terjadi di luar rongga rahim), kemungkinan besar akan kembali mengalaminya pada kehamilan selanjutnya. Cedera tuba (cedera pada tuba falopi, atau saluran telur) akan meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik.

Selain itu, riwayat ginekologi yang memengaruhi terjadinya komplikasi adalah adanya kejadian inkompetensia serviks (ketidakmampuan serviks untuk mempertahankan kehamilan), dan uterine anomalies (dinding rahim rusak), sehingga meningkatkan risiko keguguran.
4. Umur
Usia 35 tahun ke atas merupakan usia rawan untuk hamil. Hamil pada usia ini akan memengaruhi tingginya morbiditas (terjadi penyakit atau komplikasi) dan juga mortalitas (kematian janin). Risiko komplikasi pada ibu hamil akan meningkat drastis karena dipengaruhi faktor kesehatan, obesitas, dan perdarahan sang ibu.

Sumber : http://health.kompas.com/read/2012/06/28/14593761/4.Penyebab.Komplikasi.Kehamilan

Gizi Cukup Cegah Kematian Ibu Hamil

Penulis : Lusia Kus Anna | Selasa, 17 Juli 2012 | 14:39 WIB


Kompas.com - Gizi yang tepat dan lengkap pada ibu hamil menjadi hal yang sangat esensial. Selain berpengaruh pada kualitas anak di masa datang, pemenuhan nutrisi juga mencegah kematian pada kehamilan atau persalinan.

Menurut Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2007, penyebab langsung kematian ibu terkait kehamilan dan persalinan adalah perdarahan (28 persen). Penyebab lain yaitu eklampsi (24 persen), infeksi (11 persen), persalinan lama (5 persen), dan abortus (5 persen).

Penyebab perdarahan yang utama adalah terkait produksi air ketuban atau ibu hamil menderita anemia atau kekurangan zat besi. 

"Kehamilan, seperti halnya pernikahan, harus dipersiapkan secara matang. Terutama status gizi ibu. Jika nutrisi tidak disiapkan bahayanya pada kesehatan anak di masa depan," kata dr.Noroyono Wibowo, Sp.OG, dalam acara peluncuran Frisian Flag Mama, di Jakarta, Selasa (17/7/12).

Ia menjelaskan, anemia juga bisa meningkatkan risiko post-partum depresi dan menurunkan tingkat kecerdasan bayi.

"Ibu hamil yang kurang gizi juga menyebabkan anak lahir dengan berat badan rendah. Di kemudian hari anak ini lebih rentan terkena penyakit baik fisik maupun gangguan mental," paparnya.

Menyiapkan gizi yang cukup, menurut Noroyono, seharusnya dimulai sejak dini sampai usia reproduksi. "Sebagian besar wanita usia subur menderita kurang gizi mikro. Ini lebih berbahaya karena mereka merasa dirinya sehat tapi sebenarnya kurang gizi," katanya.

Untuk memastikan kecukupan gizi terpenuhi, dr.Samuel Oetoro, spesialis gizi, menyarankan agar setiap hari ibu hamil mengonsumsi seluruh zat gizi sesuai kebutuhan.

"Ibu hamil disarankan untuk makan sedikit lebih banyak dari biasanya, tetapi harus diatur variasinya supaya kebutuhan kalori, protein, serat, vitamin dan mineralnya terpenuhi," kata Samuel dalam kesempatan yang sama.

Ibu hamil merupakan satu-satunya sumber nutrisi bagi janin. Karenanya asupan makanan calon ibu harus mengandung semua nutrisi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan janin yang sehat.


Sumber : http://health.kompas.com/read/2012/07/17/14395613/gizi.cukup.cegah.kematian.ibu.hamil

Waspadai Asupan Garam Berlebihan pada Anak

Penulis : Natalia Ririh | Selasa, 18 September 2012 | 18:11 WIB
KOMPAS.com - Sejak dini, orang tua sebaiknya mengurangi pemberian makanan yang mengandung banyak garam. Anak yang terlalu sering konsumsi garam dapat berujung pada masalah kesehatan serius, bahkan meningkatkan risiko tekanan darah tinggi.


Jika orang dewasa banyak mengonsumsi garam,  hal itu akan memicu tekanan darahnya sehingga meningkatkan risiko sakit jantung dan stroke. Pada anak, konsumsi natrium dengan kadar yang sama seperti halnya orang dewasa akan membuat berat badannya berlebihan, yang akhirnya tekanan darah naik secara dramatis.

Dalam studi terbaru yang dipublikasikan Journal Pediatrics,  para ahli kesehatan merekomendasikan konsumsi garam pada anak-anak tidak lebih dari 2.300 miligram atau setara 1 sendok teh per hari. Dari hasil penelitian, selama ini orang dewasa dan anak-anak masih konsumsi garam rata-rata 3.400 miligram setiap hari. 

Menurut para peneliti, ketika kadar konsumsi garam setiap hari 1.000 miligram, resiko tekanan darah tinggi bisa meningkat sampai 74 persen pada anak dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Sedangkan untuk anak berbadan normal kenaikannya sampai 6 persen. Data ini berdasarkan kajian yang melibatkan berjumlah 6.200 anak dan remaja berusia 8 sampai 18 tahun. Lebih dari sepertiga responden adalah anak dengan kelebihan berat badan atau memiliki tekanan darah tinggi. 

Menurut laporan Pusat Pengendalian Penyakit dan Pencegahan (CDC) Amerika Serikat, asupan garam banyak didapatkan dari kebiasaan memakan roti, pizza, daging segar dan olahan, sup, sandwich, keju, pasta, daging dan makanan ringan.

"Jika Anda memiliki tekanan darah tinggi sejak kecil, kemungkinan hal tersebut akan berlangsung sampai dewasa. Tekanan darah tinggi adalah salah satu faktor paling signifikan untuk penyakit jantung," ujar peneliti Quanhe Yang, yang bekerja di Divisi Penyakit Jantung dan Pencegahan Stroke di CDC.

Melihat hasil studi ini, para orang tua kembali diingatkan akan adanya ancaman tekanan darah tinggi pada anak-anak mereka akibat pola makan. Sebagian besar natrium dari makanan berasal dari kemasan dan makanan di restaurant.  Untuk mencegah asupan garam berlebih, para orang tua juga  wajib mengamati label pada kemasan makanan. 

Quanhe Yang menyarankan orang tua memberi makan anak-anaknya dengan mengutamakan kandungan nutrisi dan menghindari tambahan garam. Anak-anak yang terlanjur obesitas, lanjutnya, ada baiknya diajak berolahraga dan makan makanan kaya serat seperti buah dan sayuran.

Sumber : http://health.kompas.com/read/2012/09/18/18111838/waspadai.asupan.garam.berlebihan.pada.anak

Jangan Campurkan Susu dengan Teh

Penulis : Lusia Kus Anna | Jumat, 21 September 2012 | 16:58 WIB

Kompas.com - Selain air putih, teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia. Kandungan antioksidan, vitamin, dan komponen lain dalam teh membuat teh dipercaya sebagai minuman untuk meningkatkan fungsi imun dan mencegah kanker.

Beberapa penelitian juga menunjukkan teh bisa mencegah gigi berlubang, menjaga kadar gula darah, dan menyehatkan jantung.

Di banyak tempat, teh seringkali disajikan bersama dengan susu. Walau hasilnya lebih nikmat, tetapi penelitian menyebutkan menambahkan susu ke dalam teh bisa mengurangi kandungan berkhasiat dalam teh.

Dalam studi yang dipublikasikan di The European Heart Journal, para peneliti menguji 16 orang dewasa sehat yang diminta minum secangkir teh hitam, teh hitam dicampur sedikit susu tanpa lemak, serta air yang dimasak. Kemudian fungsi vaskular para responden diukur.

Jika dibandingkan dengan air, teh hitam secara signifikan meningkatkan fungsi arteri. Tetapi penambahan sedikit susu malah menyebabkan khasiat teh itu tidak tampak.

Para peneliti kemudian mengulanginya pada tikus dan mendapatkan hasil yang sama. Menurut para ahli, protein dalam susu akan mengikat dan menetralisir antioksidan dalam teh. Susu malah berbanding terbalik dengan manfaat teh bagi fungsi vaskular.

Kerugian tersebut bukan cuma disebabkan oleh susu sapi saja, tapi juga oleh susu kedelai. Protein dalam susu kedelai juga menetralisir antioksidan teh. Karena itu jika ingin mendapatkan manfaat kesehatan dari teh, mungkin teh dan susu sebaiknya diminum terpisah.


Sumber : http://health.kompas.com/read/2012/09/21/16583773/Jangan.Campurkan.Susu.dengan.Teh

Ngorok Saat Hamil Berisiko Hipertensi

Penulis : Lusia Kus Anna | Jumat, 28 September 2012 | 13:36 WIB


KOMPAS.com — Mendengkur alias ngorok saat tidur yang dimulai ketika hamil merupakan tanda adanya gangguan pernapasan yang berujung pada peningkatan risiko tekanan darah tinggi. Kondisi tersebut bisa berbahaya bagi ibu dan bayi.

Kehamilan, dan juga semua kondisi kenaikan berat badan, memang bisa meningkatkan risiko gangguan napas saat tidur, termasuk mendengkur. Sebuah studi menunjukkan kaitan erat antara mendengkur dengan hipertensi pada populasi umum.

Dalam studi terbaru, peneliti dari pusat gangguan tidur Universitas Michigan menganalisis informasi dari 1.700 ibu hamil dengan usia kandungan 28 minggu. Para partisipan ditanyai apakah mereka mendengkur atau napasnya tersengal-sengal saat tidur, serta kapan gangguan napas itu dimulai.

Sekitar 34 persen wanita mengaku mendengkur sebanyak 3-4 kali dalam seminggu dan 25 persen mengatakan bahwa mereka mendengkur sejak hamil.

Pada mereka yang mendengkur, risikonya untuk mengalami tekanan darah tinggi dua kali lebih besar dibanding dengan wanita yang tidak mendengkur.

Hipertensi pada kehamilan bisa memicu komplikasi atau eklampsia yang berbahaya bagi ibu dan bayi di kandungan.

"Preeklampsia terkait erat dengan berat bayi lahir rendah serta risiko kelahiran prematur," kata Dr Louise O'Brien, ketua peneliti yang hasil penelitiannya dimuat dalam American Journal of Obstetrics and Gynecology.

O'Brien menjelaskan, setiap gangguan atau obstruksi napas saat tidur akan meningkatkan aktivitas sistem saraf yang akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Gangguan napas saat tidur juga terkait dengan inflamasi yang berperan dalam preeklampsia.


Sumber : http://health.kompas.com/read/2012/09/28/13362343/Ngorok.Saat.Hamil.Berisiko.Hipertensi

Bisakah "Hand Sanitizer" Gantikan Cuci Tangan?

Penulis : Natalia Ririh | Rabu, 8 Agustus 2012 | 11:00 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Perkembangan teknologi semakin mempermudah aktivitas seseorang, tak terkecuali dalam urusan cuci tangan. Produk pembersih tangan atau disebut hand sanitizer pun diperkenalkan untuk mempermudah diri saat membersihkan tangan. 

Karena praktis, orang terkadang lebih senang memakai produk pembersih tangan ketimbang mencuci tangannya dengan sabun. Apakah produk ini mampu menggantikan peranan cuci tangan dengan sabun?

Ahli mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) R. Fera Ibrahim saat ditemui di Jakarta, Senin (6/8/2012) mengatakan membersihkan tangan menggunakan hand sanitizer hanya bersifat melumpuhkan kuman. Sedangkan, cuci tangan pakai sabun dapat membuat kuman lepas dari kulit dan larut bersama air yang mengalir. Dengan cuci tangan, proses penyebaran kuman patogen ke dalam tubuh pun terputus.

"Hand sanitizer itu diperbolehkan untuk membersihkan tangan. Dengan catatan tangan tidak dalam keadaan sangat kotor. Kalau kotor sekali maka harus mencuci tangan menggunakan sabun. Jika hanya dengan pembersih tangan, kumannya masih ada di tangan," katanya.

Kondisi tangan tidak terlalu kotor misalnya setelah mengetik di depan komputer atau laptop, berjabat tangan atau setelah membaca buku. 

Dokter spesialis penyakit dalam dari Rumah Sakit Premiere Bintaro T. Bahdar Johan menambahkan, saat proses mencuci tangan dengan sabun, keberadaan air mengalir sangatlah penting. Apabila membilas tangan menggunakan wadah misalnya baskom, kuman masih berpotensi menempel di tanga. Tetapi, dengan diguyur maka kuman akan lebih cepat hilang.

Cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, menurutnya, paling baik dilakukan sekitar 20 detik. Proses cuci tangan dengan sabun meliputi, tangan dibasahi air kemudian diberi sabun. Lalu, seluruh bagian tangan dibersihkan mulai dari telapak tangan, punggung tangan, sela-sela jari, dan kuku. Selanjutnya, tinggal membilas seluruh bagian yang terkena sabun dengan air.


Sumber : http://health.kompas.com/read/2012/08/08/1100446/Bisakah.Hand.Sanitizer.Gantikan.Cuci.Tangan

Ditemukan Penyakit Mirip AIDS, tapi Tak Menular

Penulis : Lusia Kus Anna | Kamis, 23 Agustus 2012 | 15:51 WIB



KOMPAS.com — Para ilmuwan mengidentifikasi penyakit misterius yang memiliki gejala-gejala mirip dengan AIDS meskipun orang tersebut tidak terinfeksi HIV. Penyakit ini ditemukan pada beberapa orang di Asia dan Amerika Serikat.


Gejala penyakit tersebut, antara lain, kerusakan sistem kekebalan tubuh sehingga tubuh tidak mampu melawan virus dan bakteri seperti halnya orang yang sehat. Pemicunya belum diketahui, tetapi penyakit tersebut diduga tidak menular.

Menurut Dr Sarah Browne, ilmuwan dari National Institute of Allergy and Infectious Disease, penyakit misterius tersebut adalah bentuk lain gangguan kekebalan tubuh yang tidak diturunkan, tetapi tidak menyebar lewat virus seperti AIDS.

Browne melakukan penelitian di Thailand dan Taiwan, tempat penyakit tersebut banyak ditemukan sejak tahun 2004. 

"Ini sangat menarik. Dalam 10 tahun terakhir, saya setidaknya sudah melihat tiga pasien," kata Dr Dennis Maki, spesialis penyakit infeksi dari Univesitas Wisconsin di Madison, AS.

Maki mengatakan, masih ada kemungkinan infeksi tertentu memicu penyakit misterius ini walaupun penyakit itu sendiri tidak menular antarorang. 

Penyakit tersebut pada umumnya diderita orang dewasa berusia sekitar 50 tahun, tetapi tidak diturunkan dalam keluarga. Menurut Browne, sebagian pasien meninggal akibat infeksi yang luar biasa.

Salah seorang pasien, Kim Nguyen (62), orang Vietnam yang sudah tinggal di AS sejak tahun 1975, didiagnosis menderita penyakit misterius ini. Ia berobat ke dokter akibat demam yang tak kunjung sembuh. Sejak tahun 2009, ia juga mengalami berbagai gejala aneh. Pada tahun 1995 dan 2009, ia dilaporkan mengunjungi Vietnam.

Pada awalnya, ia didiagnosis menderita tuberkulosis. Belakangan, ia diketahui menderita gejala gangguan sistem kekebalan tubuh dan mendapat perawatan di rumah sakit selama hamir satu tahun. 

AIDS adalah penyakit spesifik dan menyebabkan sistem kekebalan tubuh orang yang terinfeksi virus HIV ini terganggu. Virus HIV akan merusak sel T, tentara utama dalam sistem imun manusia untuk melawan patogen. 

Sementara itu, penyakit misterius ini tidak mengganggu sel, tetapi menyebabkan kerusakan lain. Dalam penelitian yang dilakukan Browne terhadap 200 orang di Taiwan dan Thailand, kebanyakan pasien penyakit misterius ini tubuhnya membuat autoantibodi yang menahan interferon gamma, sinyal kimia yang membantu tubuh menyingkirkan infeksi.

Terganggunya sinyal kimia tersebut akan membuat seseorang, seperti penderita AIDS, lebih rentan terinfeksi jamur, virus, dan parasit lain yang mirip dengan tuberkulosis dan menyebabkan kerusakan paru. 

Para ilmuwan saat ini menyebut penyakit misterius ini sebagai gangguan imunitas pada orang dewasa karena biasanya baru muncul di usia lanjut. 

Perawatan dengan antibiotik tak selalu efektif sehingga dokter biasanya melakukan berbagai variasi pengobatan, termasuk memakai obat kanker untuk menekan produksi antibodi. 

Karena penyakit ini mayoritas dialami oreng Asia atau keturunan Asia, para pakar menyebut faktor genetik mungkin berperan dalam memicu penyakit ini.

Sumber : http://health.kompas.com/read/2012/08/23/15513258/Ditemukan.Penyakit.Mirip.AIDS.tapi.Tak.Menular

Jumat, 14 September 2012

Penyakit Kaki, Tangan, dan Mulut Merebak di Asia

Laporan-laporan perebakan virus penyebab penyakit tangan, kaki, dan mulut (HFMD) muncul di negara-negara di Asia dalam beberapa bulan terakhir, terutama yangmengenai anak kecil. Negara yang terkena paling parah wabah ini adalah Tiongkok dengan lebih dari 1,2 juta penderita dan lebih dari 350 kematian.
Pihak berwenang bidang kesehatan di Jepang, Hong Kong, Korea Selatan, Malaysia, Singapura, Thailand, Taiwan, dan Vietnam telah melaporkan semua kasus terutama di kalangan anak berusia di bawah 10 tahun.
Di Vietnam, jumlah penderita mencapai 63.000 dan lebih dari 30 anak meninggal, sementara di Singapura dilaporkan ada 26.000 anak terkena virus itu.

Penyakit HFMD sangat lazim dan mudah ditularkan di antara anak-anak, tetapi para peneliti masih berusaha memahami mengapa terjadi tingkat penularan yang lebih tinggi tahun ini.

Dr. Brent Burkholder, penjabat perwakilan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) di Thailand, mengatakan, "Kami melihat sedikit kenaikan jumlah penderita tahun ini dibanding rata-rata pada masa lalu di Thailand. Tetapi, kami juga melihat, di negara-negara lain di Asia Tenggara, seperti Singapura dan Vietnam telah dilaporkan jumlah penderita sedikit lebih banyak daripada sebelumnya. Jadi, belum begitu jelas mengapa ini terjadi. Kadang-kadang karena naiknya jumlah laporan dan kadang-kadang karena siklus virus itu sendiri."
Perhatian dipusatkan pada Kamboja awal bulan ini ketika pihak berwenang melaporkan lebih dari 60 anak meninggal akibat penyakit misterius itu. Kementerian Kesehatan Publik Kamboja dan WHO kemudian mengeluarkan pernyataan bersama menegaskan penyakit Tangan, Kaki, dan Mulut mengakibatkan kematian 54 anak.
Dokter-dokter menuding klinik-klinik yang menggunakan obat-obatan yang mengandungsteroid untuk mengobati gejala demam, muntah, bintik-bintik, dan kulit melepuh sebagai penyebab tingkat kematian yang tinggi.
Steroid merusak sistem kekebalan alami tubuh untuk melawan virus itu.
Tetapi para peneliti yakin, pengobatan yang buruk bukan satu-satunya alasan menguatnya virus itu. Vit Suwanvanichkij, peneliti pada Jurusan Kesehatan Publik Bloomberg Universitas Johns Hopkins, mengatakan, "Virus ini ada di mana-mana. Anak-anak bisa mudah tertular. Seringkali mereka terkena penyakit virus yang tidak khusus dengan gejala demam, mungkin sedikit diare, sakit perut, dan kemudian hilang."
Pihak berwenang bidang kesehatan memperkirakan virus itu akan tetap aktif sedikitnya beberapa minggu sebelum perebakan terakhir di seluruh kawasan Asia itu mereda.
Sumber : http://kesehatan-ibuanak.net/index.php?option=com_content&view=article&id=364:penyakit-kaki-tangan-dan-mulut-merebak-di-asia&catid=44:berita&Itemid=56

KESEHATAN: ASI Penangkal Infeksi Pada Bayi


Pemberian air susu ibu (ASI) sesuai dengan standar baku meminimalkan infeksi saluran pernapasan akut pada bayi. Sistem kekebalan tubuh bayi hingga usia dua tahun akan berkembang dengan baik termasuk dari perlindungan pada konsumsi ASI.
Dokter spesialis anak, Tunjung Wibowo mengatakan, ASI mengandung antibodi IgA sekretori (sIgA). Ketika menyusui, kandungan itu berpengaruh terhadap paparan mikroorganisme di saluran cerna bayi dan membatasi masuknya bakteri ke dalam aliran darah.
“Tidak ada formula lain, sekalipun susu mahal yang bisa menggantikan ASI di masa golden age,” kata dokter di RSUP dr. Sardjito itu kepada Harian Jogja, Selasa (7/8).
Dalam penjelasan yang disampaikan di seminar pengenalan ASI di Hotel Grage, Sosrowijayan, Tunjung memaparkan, peran perlindungan ASI terdapat pada tingkat mukosa. Pada saat ibu mendapat kekebalan pada saluran cernanya, kekebalan di dalam ASI juga terangsang pembentukkannya.
Keadaan tersebut yang melindungi bayi baru lahir terhadap berbagai infeksi secara efektif. Selain infeksi, ASI eksklusif juga dapat mengurangi risiko penyakit lain seperti diare, infeksi saluran kemih, infeksi saluran cerna, diabetes melitus, jantung, stroke dan lainnya.
Disampaikan juga, Imunoglobulin A yang terdapat di dalam ASI memiliki aktivitas antitoksin terhadap racun yang dihasilkan bakteri E. Coli dan V. Cholerae. Bahkan, jenis bakteri E. coli yang ditemukan pada tinja bayi menyusui berbeda dengan bayi yang mendapat susu formula. Jenis E. coli pada bayi menyusui lebih sensitif terhadap efek bakterisidal. Hal ini merupakan salah satu cara ASI melindungi tubuh terhadap infeksi.
Tunjung mengatakan, ASI memberikan perlindungan kepada bayi melalui beberapa mekanisme, antara lain memperbaiki pertumbuhan mikroorganisme non-patogen, mengurangi pertumbuhan mikroorganisme patogen saluran cerna, merangsang perkembangan barier mukosa saluran cerna dan napas, dan faktor spesifik pada sel kekebalan. Di samping itu juga mengurangi reaksi peradangan dan sebagai perangsang kekebalan.
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan DIY, Inni Hikmatin menyampaikan, ASI merupakan makanan terbaik bagi usia 0-6 bulan atau pemberian secara eksklusif. “Kecerdasan dan imunitas anak akan lebih baik pada bayi dengan AS eksklusif,” katanya di sela acara Sosialisasi Pekan ASI Sedunia di Sosrowijayan.
Hanya, katanya, kini kecenderungan ibu muda tidak memiliki banyak waktu untuk memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif enam bulan dan dengan makanan tambahan hingga usia dua tahun. Padahal, lanjutnya, perkembangan teknologi memberikan kemudahan penyimpanan ASI perahan di lemari pendingin.
“Butuh kesadaran dan sosialisasi pentingnya ASI untuk bayi, dan bagaimana ibu memiliki pengetahuan akan pentingnya hal itu,” katanya
Sumber : http://kesehatan-ibuanak.net/index.php?option=com_content&view=article&id=373:kesehatan-asi-penangkal-infeksi-pada-bayi&catid=44:berita&Itemid=56

Kamis, 13 September 2012

Melahirkan Gratis Dengan Jampersal


SAWAH BESAR – Peningkatan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada warga DKI Jakarta tidak hanya melalui jaminan kesehatan daerah (jamkesda), namun juga melalui jaminan persalinan (Jampersal) bagi ibu-ibu hamil (bumil). Bagi ibu-ibu yang melahirkan di puskesmas tidak dipungut biaya atau gratis.

“Harus disyukuri, di bulan Puasa ini berkah melimpah diberikan oleh Allah SWT melalui Pemprov DKI Jakarta, khususnya bagi warga yang sakit dijamin melalui Jamkesda. Sedangkan untuk bumil juga tidak usah takut dalam persalinannya karena ada jampersal,” kata Hj. Rusmiati Saefullah, Ketua TP-PKK Jakarta Pusat (Jakpus) saat silaturahmi dengan kader-kader PKK se-Kecamatan Sawah Besar di Kelurahan Mangga Dua Selatan, Kamis (9/8).
Hadir juga ketua TP-PKK Kecamatan Sawah Besar, Oll Sigit, Wakil Ketua TP-PKK Jakpus, Syamsiah Bambang dan Rosnawati Syamsuddin Lologau. Dalam kesempatan itu juga diserahkan kartu jamkesda kepada warga dan kartu pendidikan gratis 12 tahun bagi anak-anak sekolah.
Jampersal merupakan jaminan pembiayaan yang digunakan untuk pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan, pelayanan nifas termasuk pelayanan KB pasca persalinan dan pelayanan bayi baru lahir. Sehingga menurunkan AKI (angka kematian Ibu) dan AKB (angka Kematian Bayi).
Drg Ratu Umamah, dari Puskesmas Kecamatan Sawah Besar menambahkan dengan Jampersal bagi ibu yang akan melahirkan di puskesmas tidak perlu keluar biaya. Namun, sejak awal pemeriksaan sudah dilakukan di puskesmas baik kelurahan atau kecamatan. “Ibu-ibu tidak usah takut biaya melahirkan di puskesmas, tidak akan dikenai biaya atau gratis,” ujarnya.
Bagi bumil yang ingin ikut jampersal cukup mendaftar di puskesmas dan jaringannya. Syaratnya mudah, cukup menunjukkan identitas diri dan membuat surat pernyataan tidak mempunyai jaminan atau asuransi persalinan. (tarta)
Teks : Ketua TP PKK Jakpus Hj Rusmiati Saefullah (no 3 dari kiri) didampingi Ketua TP PKK Sawah Besar, Ny. Olla Sigit (paling kiri) dan pengurus PKK Jakpus bersama warga penerima kartu jamkesda dan anak sekolah penerima kartu pendidikan gratis
Sumber : http://kesehatan-ibuanak.net/index.php?option=com_content&view=article&id=375:melahirkan-gratis-dengan-jampersal&catid=44:berita&Itemid=56

10 Dampak Program Akreditasi Rumah Sakit


Dari tahun 1970‐an, program akreditasi dan organisasi akreditasi muncul dan berkembang. Banyak organisasi akreditasi nasional dan badan internasional (ISQua) yang telah terdaftar menjadi anggota yaitu lebih dari 70 negara. Berikut lembaga Akreditasi di beberapa negara diantaranya :
No
Negara
Lembaga
1.
Internasional
The International Society for Qualit in Health Care (ISQua)
2.
Australia
Australian General Practice Accreditation Limited (AGPAL)
3.
Australia
Australian Council on Healthcare Standards (ACHS)
4.
Canada
Canadian Council on Health Services Accreditation (CCHSA)
5.
India
National Accreditation Board for Hospitals & Healthcare Providers
(NABH)
6.
Irlandia
Irish Health Service Accreditation Board (IHSAB)
7.
Malaysia
Malaysian Society for Quality in Health (MSQH)
8.
Belanda
Netherlands Institute for Accreditation of Hospitals (NIAZ)
9.
Afrika Selatan
Council of Health Service Accreditation South Africa (COHSASA)
10.
Amerika Serikat
Joint Commission on Accreditation of Healthcare Organizations
(JCAHO)
11.
Amerika Serikat
Commission on Accreditation of Rehabilitation Facilities (CARF)
Keterlibatan dalam akreditasi di banyak negara adalah kegiatan peningkatan mutu. Namun bukti kasus untuk mendukung klaim dari program akreditasi, kurang. Sehingga banyak negara yang menggunakan program akreditasi tanpa bukti bahwa akreditasi adalah metode terbaik untuk meningkatkan kualitas dan tidak ada bukti tentang efektivitas dari sistem yang berbeda dan cara untuk menerapkannya (Ovretveit J & Gustafson D; 2003). Namun banyak studi yang meneliti hubungan antara akreditasi dan organisasi dan kinerja klinis (Braithwaite J et al, 2006). Sedangkan literatur mengenai manfaat akreditasi belum dikaji sehingga tujuan penelitian ini adalah ingin menjelaskan beberapa penelitian mengenai akreditasi di sektor kesehatan. Penelitian ini menggunakan strategi multi‐method dan dilakukan dari Maret hingga Mei 2007. Pencarian literatur melakukan konsultasi dengan melibatkan lembaga akreditasi sektor kesehatan.
Terdapat 66 penelitian mengenai dampak atau efektivitas program akreditasi telah ditelaah dan dikategorikan menjadi 10 temuan yaitu sikap profesi terhadap akreditasi, mendorong perubahan, dampak organisasi, dampak keuangan, ukuran mutu, program penilaian, kepuasan pasien, keterbukaan pada publik, pengembangan profesional dan issue surveyor. Temua dirangkum sebagai berikut
  1. Sikap para profesional terhadap akreditasi tidak sama : Beberapa penelitian menyatakan bahwa profesional kesehatan mendukung program akreditasi karena program akreditasi merupakan strategi yang efektif untuk menjamin mutu, kinerja organisasi menjadi lebih baik setelah akreditasi, menyediakan pedoman mengenai bagaimana mutu dan safety diatur dalam organisasi yang lebih baik. Namun terdapat penelitian yang menyatakan bahwa profesional kesehatan tidak mendukung program akreditasi karena meningkatkan beban kerja dan stress kerja, dirasakan hanya sedikit memberikan value bagi pasien karena hanya ditujukan pada proses dibanding kualitas, biaya akreditasi yang tinggi (langsung atau tidak langsung), kurangnya konsistensi diantara para penilai (assessors), membutuhkan banyak sumber daya, meragukan manfaat akreditasi untuk organisasi.
  2. Akreditasi mendorong Perubahan dalam organisasi kesehatan: Perubahan signifikan terjadi pada enam area (administrasi dan manajemen, review systems, organisasi staf medis, fasilitas dan keamanan fisik, layanan keperawatan, perencanaan) memberikan peluang bagi profesional kesehatan untuk merefleksikan praktek organisasional, memperkenalkan mengenai program mutu yang berkesinambungan, peningkatan kualitas pada pedoman klinis.
  3. Manfaat akreditasi untuk organisasi belum dapat dipastikan: Akreditasi dapat berdampak pada organisasi diantaranya gaya manajemen lebih partisipatif, adanya dukungan organisasi untuk proses akreditasi dan adanya strategi evaluasi dan strategi untuk peningkatan kualitas. Namun penelitian Mazmanian et al (1993) menyatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan dalam organisasi antara terakreditasi dan tidak terakreditasi.
  4. Akreditasi mempengaruhi Keuangan terkait dengan pembiayaan, tidak terkait dengan pendapatan: Mihalik, G et al (2003) menyatakan bahwa biaya pengeluaran untuk akreditasi harus dilihat sebagai investasi penting dan komitmen pada kualitas. Mayoritas pengeluaran akreditasi adalah biaya untuk persiapan akreditasi yang mana untuk daerah pedesaan dan rumah sakit lebih kecil menanggung beban lebih besar dari adanya akreditasi (Zarkin, G et al; 2006). Penelitian Bukonda, N et al (2003) menjelaskan bahwa adanya keterbatasan sumber daya baik finansial dan keahlian merupakan masalah program akreditasi rumah sakit di Zambian.
  5. Manfaat akreditasi terhadap mutu pelayanan belum dapat dipastikan: Dean B & Epstein, A (2002) menjelaskan bahwa akreditasi berasosiasi positif dengan beberapa pengukuran mutu namun tidak dapat memastikan tingkat kinerja yang artinya akreditasi tidak menjamin kualitas yang baik pada perawatan. Hal yang sama juga terjadi pada penelitian Salmon, J et al (2003) yang menyatakan bahwa akreditasi meningkatkan pencapaian standar akreditasi namun tidak ada peningkatan pada indikator kualitas. Synder C & Anderson, G (2005) menjelaskan bahwa rumah sakit yang berpartisipasi dalam program peningkatan mutu cenderung tidak menunjukkan peningkatan pada indikator mutu dibanding rumah sakit yang tidak berpartisipasi.
  6. Akreditasi meningkatkan kinerja rumah sakit: Kreig, T (1996) menjelaskan bahwa kelebihan program akreditasi meliputi meningkatnya komunikasi, komitmen pada best practice, ketersediaan informasi untuk kegiatan evaluasi dan kegiatan mutu perawatan, fokus yang lebih besar pada pasien, mendukung perubahan, pembinaan staf. Sedangkan Chen, J et al (2003) menyatakan bahwa rumah sakit yang tidak terakreditasi menunjukkan kualitas yang lebih rendah dibanding rumah sakit yang terakreditasi walaupun terdapat banyak variasi dalam kinerja diantara rumah sakit terakreditasi.
  7. Akreditasi tidak terkait dengan kepuasan pasien/pelanggan: Penelitian Heuer, AJ (2004) menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara skor akreditasi rumah sakit dengan kepuasan pasien. Dengan akreditasi, pasien menilai bahwa dokter harus meningkatkan ketrampilan interpersonal, akses, ketersediaan informasi untuk pasien (Greco, M et al; 2001)
  8. Sosialisasi laporan akreditasi meningkatkan kredibilitas RS: Ito, H & Sugawa, H (2005) menjelaskan bahwa terdapat asosiasi positif antara skor akreditasi dan pengungkapan ke publik mengenai laporan akreditasi rumah sakit. Rumah sakit yang mengungkapkan laporan akreditasi merasa bahwa pengungkapan akan meningkatkan kredibilitas rumah sakit dan insentif untuk pembenahan rumah sakit.
  9. Akreditasi tidak terkait dengan kinerja para profesional: Dalam pendidikan profesional kesehatan, program akreditasi memiliki dampak kecil namun menguntungkan. Sedangkan penelitian Gropper, R (1996) menjelaskan bahwa program akreditasi tidak berkaitan pada kinerja profesional yang mana tidak ada perbedaan antara profesional kesehatan yang dilatih dan tidak dilatih dalam pemenuhan akreditasi.
  10. Efektifitas akreditasi terkait dengan kemampuan surveyor: Beberapa penelitian terkait akreditasi menjelaskan persoalan surveyor mengenai ketrampilan dan kualitas surveyor dan tantangan yang dihadapi surveyor ketika melakukan survey akreditasi. Persoalan surveyor yang terkait dengan standar akreditasi terdapat dalam penelitian Pongpirul, K et al (2006) menyatakan bahwa surveyor mengalami kesulitan dalam menyampaikan konsep peningkatan mutu pada profesional.
Sumber : http://kesehatan-ibuanak.net/index.php?option=com_content&view=article&id=375:melahirkan-gratis-dengan-jampersal&catid=44:berita&Itemid=56

Kandungan ASI Tekan Risiko Penularan HIV


Kompas.com - Kandungan dalam Air Susu Ibu (ASI) diduga kuat mengurangi risiko penularan HIV dari ibu kepada anak. Karena itu para wanita yang terinfeksi HIV disarankan untuk tetap menyusui bayinya sambil terus mengonsumsi obat ARV.
Penelitian yang dilakukan di Zambia menyimpulkan hal tersebut. Para peneliti mengumpulkan contoh ASI dari 81 wanita dengan HIV positif yang menularkan virus mereka pada bayinya selama masa menyusui, serta 86 contoh ASI dari wanita yang positif HIV tetapi tidak menularkan virus, serta 36 wanita yang tidak terkena HIV.
Para ilmuwan kemudian menganalisa sampel ASI tersebut untuk mengetahui konsentrasi karbohidrat yang disebut oligosakarida dalam susu manusia. Ada bukti kuat yang menunjukkan oligosakarida mengandung komponen aktif imunologi yang mengurangi risiko penularan virus.
Hasil penelitian yang dimuat dalam American Journal of Clinical Nutirion menemukan bahwa wanita yang ASI-nya memiliki kandungan oligosakarida dalam jumlah tinggi, beresiko lebih rendah menularkan HIV kepada bayinya dibandingkan dengan mereka yang konsentrasinya lebih rendah.
"Selama ini orang lebih mengenal kandungan protein dan lemak yang baik dalam ASI, tetapi oligosakarida kurang diketahui manfaatnya," kata Lars Bode, ketua peneliti dan asisten profesor pediatrik dari Universitas California, San Diego.
Sumber : http://kesehatan-ibuanak.net/index.php?option=com_content&view=article&id=383:kandungan-asi-tekan-risiko-penularan-hiv&catid=44:berita&Itemid=56