Padang- Setelah 45 hari melahirkan seorang putra, Gusneti Daryati, warga RT 1 RW 4 Kelurahan Kuranji, Kecamatan Kuranji, mengalami stroke. Sudahlah miskin, Gusneti juga tidak memiliki kartu jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dan jaminan kesehatan daerah (Jamkesda).
Sungguh malang derita orang miskin di negeri ini. Meski dari keluarga tidak mampu, Gusneti ternyata tidak terdaftar sebagai penerima Jamkesmas dan Jamkesda. Karena tidak punya biaya, wanita berusia 36 tahun ini harus menahan sakit di rumah.
Untuk sewa mobil ke rumah sakit saja tak punya, apalagi membayar biaya pengobatan selama di rumah sakit. Berkat solidaritas warga setempat, Gusneti akhirnya dirujuk ke RSUP M Djamil.
Ketika Padang Ekspres membesuk wanita yang akrab dipanggil Neti ini di rumahnya di RT 1 RW 4 Kuranji, Jumat (31/8), kondisinya memprihatinkan. Tidak ada kasur, selimut memadai, obat-obatan maupun makanan dan minuman untuknya. Neti menderita stroke sejak Rabu (29/8).
Dia hanya tidur di selembar tikar. Di sisinya, tampak gelas-gelas kosong. Jendela ruangan itu hanya ditutup karung goni. Siang itu, Gusneti hanya sendiri di rumah. Anaknya Dharma yang baru berumur 45 hari, diasuh oleh tetangga. Seakan tahu akan penderitaan ibunya, anak itu berperilaku baik. Bayi itu tetap tenang meski diletakkan di lantai teras rumah beralaskan kain panjang.
Yosrizal, 43, suami Neti, sat itu sedang keluar.
Pria yang sehari-hari dipanggil Yos itu pergi mencari pinjaman uang dan membesuk ibunya yang juga sedang dirawat di RS dr Reksodiwiryo Ganting. Tak hanya ibunya, anaknya dari istri pertama bernama Danu Adrian, 18, juga sedang dirawat di bagian penyakit dalam RSUP M Djamil.
“Udanya (Yosrizal, red) sudah lhnglung. Selain istrinya sakit, ibu dan anaknya dari istri pertama juga sakit. Sementara dia hanya buruh di Pasagadang,” kata Feni, 32, tetangga Neti yang mengasuh anaknya.
Tiba-tiba Dharma menangis. Feni pun bingung karena tidak punya susu untuk bayi itu. Maklum, kehidupan Feni tak jauh berbeda dengan Neti. Penghasilan suaminya hanya pas untuk makan, tidak ada untuk tabungan.
Feni cob` mendekatkan Dharma pada ibunya yang tergolek lemah. Namun apa daya, tidak ada air susu yang bisa diisap oleh Dharma. Akhirnya beberapa warga datang mengumpulkan uang dan membeli susu bantu untuk anak berjenis kelamin laki-laki itu.
Sorenya, warga kembali mengumpulkan uang dan membawa salah seorang bidan di kawasan itu untuk mengobati Neti. Namun bidan angkat tangan. Menurut bidan, Neti harus dirujuk ke rumah sakit. Bidan tersebut hanya bisa memberikan pertolongan berupa obat penurun panas dan multivitamin untuk menguatkan tubuhnya.
Tak lama kemudian, suami Neti pulang. Kepada Padang Ekspres, dengan berurai air mata Yos menceritakan derita kehidupan keluarganya. Dia tidak punya apa-apa untuk mengobati istrinya. Semua barang berharga dan uang tabungannya telah habis. Terakhir, dia menjual handphone. “Saya ndak tahu akan mengadu ke mana lagi,” katanya.
Sabtu (1/9), warga sepakat mengantar Neti ke RSUP M Djamil. Namun, lagi-lagi mereka kebingungan. Tidak ada yang akan menjaga Neti maupun anaknya. Ketika itu, lagi-lagi Yos keluar rumah untuk bekerja. Sedangkan keadaan istrinya tambah parah.
Warga lalu mencari anak pertama Neti, Dayat, 16, yang sehari-hari bekerja di cucian mobil agar menjaga ibunya di RSUP. Sedangkan anaknya, Dharma diasuh tetangga.
Setelah diperiksa beberapa dokter spesialis di RSUP, Neti diduga mengalami stroke dan dirawat di ruang rawat inap syaraf wanita. Bagian badan di sebelah kirinya lumpuh.
Ketika Padang Ekspres kembali membesuk Neti di RSUP, kemarin, kondisinya belum membaik. Tangannya dipasang infus, sedangkan hidungnya dipasang oksigen. Dia juga dipasangi kateter untuk buang air.
Neti terlihat gelisah. Tiap sebentar dia berusaha membuka selang infus dan oksigen yang terpasang di tubuhnya. Sekali-sekali dia berusaha memeluk suaminya.
“Jangan tinggalkan Neti, Da. Neti sakit,” katanya dengan bahasa Minang yang terbata-bata.
Yos hanya bisa mengusap-usap kepala istrinya dan meminta istrinya untuk sabar. “Tidak ada Uda tinggalkan Neti. Iya, Neti harus sabar. Karena sakit makanya Neti dibawa ke rumah sakit. Tapi jangan dilepas-lepas infusnya, biar cepat sembuh,” ujar Yos pada istrinya sambil memberi minum air mineral.
Karena selalu gelisah dan melepas infus maupun oksigen yang melekat di tubuhnya, tangannya diikat. Namun, tubuhnya terus bergerak. Kadang dia miring ke kanan, lalu miring ke kiri. Bahkan, dia mengangkat kakinya ke atas. Perawat dan penjaganya jadi kewalahan. Sedikit saja ditinggalkan, maka infus atau oksigen pasti sudah dilepasnya.
Neti masuk ke RSUP M Djamil Padang dengan status pasien umum. Walau pemerintah telah menyediakan jaminan kesehatan bagi keluarga tidak mampu, namun Neti tidak bisa menikmatinya. Karena dia tidak memiliki kartu Jamkesmas maupun Jamkesda.
Hidup Sebatang Kara
Informasi dari para tetangga, Neti dilahirkan di Sikabaluan, Mentawai, 36 tahun lalu.
Saat duduk di kelas dua SD, seorang pedagang asal Padangpariaman di Mentawai mengangkatnya jadi anak. Dia lalu tinggal dan disekolahkan di Kayutanam, Kecamatan 2X11 Enam Lingkung Padangpariaman. Namun, orangtua angkatnya itu meninggal dunia. Dia pun terlunta-lunta.
Kondisi itu memaksanya untuk menikah muda. Namun, memiliki suami tak membuat hidup Neti berubah. Dia harus membanting tulang, bekerja mencari sayur pakis dan menjualnya.
Sekitar dua tahun lalu, dia bercerai dan kemudian menikah dengan Yos yang kebetulan juga sudah menduda selama tiga tahun.
“Sehari-hari dia biasa saja. Namun, memang dia mengaku sakit kepala berat sejak dua hari sebelum jatuh itu. Namun, dia tidak berobat ke bidan dan dokter, namun hanya minum obat di warung,” kata Nike, tetangganya.
Yos berharap ada yang peduli dan membantu pengobatan istrinya serta membantu membelikan susu bantu untuk anaknya yang masih berusia 45 hari. Adakah yang peduli?
Sumber : http://manajemen-jaminankesehatan.net/index.php/78-berita/334-tak-miliki-jamkesmas-tergolek-karena-stroke
Tidak ada komentar:
Posting Komentar