Rabu, 05 Desember 2012

Tahapan dan Prosedur Pelaksanaan MTBS pada Balita


Menurut data, lebih kurang 12 juta anak di dunia meninggal setiap tahun sebelum mencapai umur 5 tahun, dan lebih dari 70% kematian tersebut disebabkan karena pneumonia, diare, malaria, campak dan gizi buruk. Kita juga menyaksikan setiap hari, bahwa berjuta-juta orang tua memeriksakan kesehatan anaknya yang sakit, baik ke Puskesmas, Pustu, Bidan desa, Rumah Sakit, Dokter Praktek Swasta, atau bahkan ke Dukun atau tenaga pengobatan tradisional lainnya.

Menurut Pedoman Penerapan Manajemen Terpadu Balita Sakit di Puskesmas, Depkes RI (2004), banyak negara berkembang selama ini telah menggunakan paket program intervensi secara terpisah untuk melakukan perawatan pada anak balita sakit, demikian pula di Indonesia. Petugas Puskesmas sudah berpengalaman dalam mengobati penyakit-penyakit yang umum menyerang anak namun mereka masih menggunakan pedoman terpisah untuk masing¬masing penyakit, misalnya Pedoman Pengobatan Malaria, Pedoman Tatalaksana ISPA, atau Pedoman Penanganan Diare. Padahal ada beberapa penyakit yang saling berkaitan, misalnya diare berulang seringkali menyebabkan gizi buruk sehingga petugas puskesmas mengalami kesulitan dalam menggabungkan berbagai pedoman yang terpisah pada saat menangani anak yang menderita beberapa penyakit.
Kemudian pada tahun 1994 WHO bersama dengan UNICEF mengembangkan suatu paket pegangan klasifikasi dan terapi komprehensif, memadukan intervensi yang terpisah-pisah tersebut menjadi satu paket terpadu yaitu paket Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan yang bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Bayi dan Anak Balita dan menekan morbiditas karena penyakit tersebut.
Dalam menangani balita sakit,    tenaga kesehatan (perawat, bidan atau bidan desa) yang berada di pelayanan dasar dilatih untuk menerapkan pendekatan MTBS secara aktif dan terstruktur melakukan penilaian adanya tanda-tanda atau gejala penyakit dengan cara tanya, lihat, dengar, raba, membuat klasifikasi, menentukan tindakan serta mengobati anak, memberikan konseling dan pelayanan tindak lanjut pada saat kunjungan ulang. Dalam penerapan MTBS, tenaga kesehatan diajarkan untuk memperhatikan secara cepat semua gej ala anak sakit, sehingga ia dapat menentukan apakah anak sakit berat dan perlu dirujuk. Jika penyakitnya tidak parah, selanjutnya tenaga kesehatan bisa memberikan pengobatan sesuai pedoman MTBS (Depkes RI & WHO 2004).
Manajemen terpadu balita sakit (MTBS) merupakan suatu pendekatan keterpaduan dalam tatalaksana balita sakit yang datang berobat ke fasilitas rawat jalan pelayanan kesehatan dasar yang meliputi upaya kuratif terhadap penyakit pneumonia, diare, campak, malaria, infeksi telinga, malnutrisi dan upaya promotif dan preventif yang meliputi imunisasi, pemberian vitamin A dan konseling pemberian makan. MTBS merupakan manajemen balita sakit untuk 2 kelompok usia 1 hari sampai 2 bulan dan kelompok usia 2 bulan sampai 5 tahun (Depkes RI, 2004).
Materi MTBS dituangkan dalam bentuk suatu bagan. Bagan tersebut dimaksudkan untuk mempermudah petugas kesehatan dalam mengikuti setiap langkah yang harus dilaksanakan untuk memeriksa balita sakit sesuai bagan MTBS. Petugas kesehatan dilatih untuk mudah mengerti langkah-langkah yang ada dalam bagan tersebut. Setiap langkah dengan maksud tertentu tertulis dalam bagan tersebut dengan tanda khusus dalam kotak, baris dengan warna dasar tertentu dan tulisan dengan huruf cetak tebal (Depkes RI & WHO, 1998).
Prosedur Pelaksanaan MTBS pada Balita
Beberapa macam prosedur penanganan balita sakit sesuai standar MTBS ini, antara lain meliputi: penilaian, klasifikasi penyakit, tindakan/pengobatan, nasehat bagi ibu dan tindak lanjut. Detail Penjelasan langkah-langkah tersebut sebagai berikut :
Menilai dan membuat klasifikasi penyakit
Menilai dan membuat klasifikasi penyakit anak umur 2 bulan sampai 5 tahun. Tindakan ini dilakukan dengan cara melakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Sedangkan pengklasifikasian delakukan dengan membuat sebuah keputusan mengenai kemungkinan penyakit atau masalah serta tingkat keparahannya.
Menilai dan membuat klasifikasi penyakit dilakukan dengan beberapa kegiatan, antara dengan memeriksa tanda bahaya umum,  merupakan tanda penyakit yang serius. Tanda bahaya umum dapat terjadi pada penyakit apapun dan tidak dapat membantu menentukan jenis penyakit secara spesifik. Hanya dengan satu tanda bahaya umum saja, sudah cukup untuk menunjukkan bahwa penyakit itu berat, sehingga sebelum melakukan penilaian    setiap penyakit, penting memeriksa beberapa tanda bahaya umum seperti Tidak bisa minum atau menetek, Muntahkan semuanya, Kejang, serta Letargis atau tidak sadar
A.    Menanyakan keluhan utama
Beberapa jenis pertanyaan yang penting untuk diajukan terkait dengan Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya, menilai diare dan klasifikasinya, menilai demam dan klasifikasinya, serta menilai masalah telinga dan klasifikasinya.
Menilai batuk atau sukar bernapas dan klasifikasinya. Setelah memeriksa tanda bahaya umum, ditanyakan kepada ibu apakah menderita batuk atau sukar bernapas, jika anak batuk atau sukar bernapas, sudah berapa lama, menghitung frekuensi napas, melihat tarikan dinding dada bawah ke dalam, dan melihat dan dengar adanya stridor. Kemudian dilakukan klasifikasi apakah anak menderita pneumonia berat, pneumonia atau batuk bukan pneumonia.
Menilai diare dan klasifikasinya. Setelah memeriksa batuk atau suka bernapas, petugas menanyakan kepada ibu apakah anak menderita diare, jika anak diare, tanyakan sudah berapa lama, apakah beraknya berdarah (apakah ada darah dalam tinja). Langkah berikutnya adalah memeriksa keadaan umum anak, apakah anak letargis atau tidak sadar, apakah anak gelisah dan rewel/mudah marah; melihat apakah mata anak cekung, memeriksa kemampuan anak untuk minum: apakah anak tidak bisa minum atau malas minum, apakah anak haus minum dengan lahap; memeriksa cubitan kulit perut untuk mengetahui turgor: apakah kembalinya sangat lambat (lebih dari 2 detik) atau lambat. Setelah penilaian didapatkan tanda dan gejala diare, maka selanjutnya diklasifikasikan apakah anak menderita dehidrasi berat, ringan/sedang, tanpa dehidrasi, diare pesisten berat, diare persisten atau disentri.
Menilai demam dan klasifikasinya. Demam merupakan masalah yang sering dijumpai pada anak kecil. Tanyakan kepada ibu apakah anak demam, selanjutnya periksa apakah anak teraba panas atau mengukur suhu tubuh dengan termometer. Dikatakan demam jika badan anak teraba panas atau jika suhu badan 37,5 derajat celcius atau lebih. Jika anak demam, tentukan daerah resiko malaria: resiko tinggi, resiko rendah atau tanpa resiko malaria. Jika daerah resiko rendah atau tanpa resiko malaria, tanyakan apakah anak dibawa berkunjung keluar daerah ini dalam 2 minggu terakhir. Jika ya, apakah dari resiko tinggi atau resiko rendah malaria kemudian tanyakan sudah berapa lama anak demam. Jika lebih dari 7 hari apakah demam terjadi setiap hari, lihat dan raba adanya kaku kuduk, lihat adanya pilek, apakah anak menderita campak dalam 3 bulan terakhir, lihat adanya tanda-tanda campak: ruam kemerahan di kulit yang menyeluruh dan terdapat salah satu gejala berikut: batuk, pilek atau mata merah.
Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita penyakit berat dengan demam, malaria atau demam mungkin bukan malaria. Jika anak menderita campak saat ini atau 3 bulan terakhir: lihat adanya luka di mulut, apakah lukanya dalam atau luas, lihat apakah matanya bernanah, lihat adakah kekeruhan pada kornea mata. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita campak, campak dengan komplikasi berat, atau campak dengan komplikasi pada mata atau mulut. Jika demam kurang dari 7 hari, tanyakan apakah anak mengalami perdarahan dari hidung atau gusi yang cukup berat, apakah anak muntah: sering, muntah dengan darah atau seperti kopi; apakah berak bercampur darah atau berwarna hitam; apakah ada nyeri ulu hati atau anak gelisah; lihat adanya perdarahan dari hidung atau gusi yang berat, bintik perdarahan di kulit (petekie), periksa tanda-tanda syok yaitu ujung ekstrimitas teraba dingin dan nadi sangat lemah atau tak teraba. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita Demam Berdarah Dengue (DBD), mungkin DBD atau demam mungkin bukan DBD.
Menilai masalah telinga dan klasifikasinya.  Setelah memeriksa demam, petugas menanyakan kepada ibu apakah anak mempunyai masalah telinga. Jika anak mempunyai masalah telinga, tanyakan apakah telinganya sakit, lihat adakah nanah keluar dari telinga, raba adakah pembengkakan yang nyeri di belakang telinga. Kemudian klasifikasikan apakah anak menderita mastoiditis, infeksi telinga akut, infeksi telinga kronis atau tidak ada infeksi telinga.
B. Memeriksa status gizi dan anemia serta
klasifikasinya. Setiap anak harus diperiksa status gizinya karena kekurangan gizi merupakan masalah yang sering ditemukan, terutama diantara penduduk miskin. Langkahnya yaitu memeriksa apakah anak tampak sangat kurus, memeriksa pembengkakan pada kedua kaki, memeriksa kepucatan telapak tangan: apakah sangat pucat atau agak pucat, dan membandingkan berat badan anak menurut umur. Kemudian mengklasifikasikan sesuai tanda/gejala apakah gizi buruk dan/atau anemia berat, bawah garis merah (BGM) dan/atau anemia, tidak BGM dan tidak anemia.
C. Memeriksa status imunisasi. Petugas memeriksa status imunisasi dari setiap anak yang sakit, kemudian menuliskan tanggal pemberian imunisasi untuk setiap jenis vaksin. Jika data imunisasi tidak ada, tanyakan pada ibu imunisasi apa saja yang sudah pernah diberikan kepada anaknya dan kapan diberikan. Semua anak harus mendapat semua jenis imunisasi yang dianjurkan sebelum ulang tahunnya yang pertama.
D. Memeriksa pemberian vitamin A. Setiap balita berumur 6 bulan sampai 5 tahun perlu mendapat suplemen vitamin A untuk mencegah kebutaan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Pemberian vitamin A biasanya dilakukan setahun 2 kali di Posyandu pada “bulan vitamin A” yaitu Februari dan Agustus. Menanyakan kepada ibu apakah anaknya yang berumur 6 bulan keatas telah mendapatkan tambahan vitamin A dan kapan yang terakhir. Tuliskan tanggal pemberian vitamin A, jika pemberian terakhir telah lebih dari 6 bulan, anak tersebut sudah memerlukan 1 dosis vitamin A sesuai umurnya. Anjurkan kepada ibu untuk secara teratur melanjutkan pemberian vitamin A kepada anaknya di posyandu pada bulan vitamin A sampai anaknya berumur 5 tahun.
E. Memeriksa masalah kesehatan lainnya
Setelah dilakukan penilaian terhadap tanda bahaya umum, batuk atau sukar bernapas, diare, demam, memeriksa status gizi dan anemia, kemudian periksa apakah ada masalah kesehatan/keluhan lain.
Menentukan tindakan/pengobatan.
Setelah beberapa tahap kegiatan diatas, kemudian dilakukan kegiatan untuk   menentukan jenis tindakan atau pengobatan yang perlu dilakukan. Tindakan ini berarti menentukan tindakan dan memberi pengaobatan di fasilitas kesehatan yang sesuai. Untuk menentukan tindakan/pengobatan bagi penyakit anak maka kolom tindakan harus dilengkapi mulai dari penilaian, tanda/gejala, klasifikasi dan tindakan yang akan dilakukan. Langkahnya adalah merujuk anak, memberikan obat yang sesuai, mengajari ibu cara memberikan obat di rumah, mengajari ibu cara mengobati infeksi lokal di rumah, nasehat perawatan di rumah tanpa obat dan meningkatkan kesehatan anak.
Menasehati ibu.
Nasehat bagi ibu meliputi menilai cara pemberian makan anak, anjuran pemberian makan selama sakit dan sehat, menasehati ibu tentang masalah pemberian makan, meningkatkan pemberian cairan selama sakit, menasehati ibu kapan harus kembali dan menasehati ibu tentang kesehatannya sendiri.
Pemberian pelayanan tindak lanjut
Kegiatan ini berarti menentukan tindakan dan pengobatan pada saat anak datang atau kunjungan ulang. Pelayanan pada anak yang datang untuk tindak lanjut menggunakan kotak-kotak yang sesuai klasifikasi anak sebelumnya. Jika anak mempunyai masalah baru lakukan penilaian, klasifikasi dan tindakan terhadap masalah baru tersebut seperti pada bagan penilaian dan klasifikasi.
Sumber : http://www.indonesian-publichealth.com/2012/11/prosedur-mtbs.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar