Jumat, 31 Agustus 2012

TINGGINYA KEMATIAN IBU, TANGGUNG JAWAB SIAPA ?


Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, Bandung, 01/02/2012.  Tingkat kematian ibu saat melahirkan di Indonesia masih tinggi, atau hampir setiap satu jam, dua ibu melahirkan meninggal dunia. Data SDKI 2007 menunjukan angka kematian ibu di Indonesia saat ini 228 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan AKB sebesar 34/1000 kelahiran hidup. Jumlah kematian Ibu menurut provinsi di Indonesia diperkirakan mencapai 11.534 pada tahun 2010.
 

Dari seluruh provinsi, Jawa Barat menduduki tempat pertama untuk jumlah kematian ibu, di ikuti oleh Provinsi Jawa Tengah, NTT, Banten dan Jatim. Jika dibandingkan dengan Malaysia yang memiliki AKI 31 per 100.000 kelahiran hidup, Indonesia masih tertinggi. AKI di Indonesia sama dengan Myanmar yang kondisi negaranya jauh lebih miskin.
 
Hasil Sensus 2010 menunjukan  laju pertambahan penduduk Indonesia  sebesar  1,49 persen per tahun. Kondisi ini mempersulit upaya menekan AKI di Tanah Air. Perlu adanya upaya besar menekan laju pertambahan penduduk agar target MDG (Millenium Development Goals), untuk menurunkan AKI pada tahun 2015 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup dapat tercapai.
 
Penyebab lansung kematian ibu di Indonesia kabanyakan disebabkan karena pendarahan, hipertensi saat hamil/pre eklamsi dan infeksi. Pendaharaan menmpati presentase tertinggi sebagai penyebab kematian ibu (28 persen).  Sedangkan penyebab tidak langsung kematian ibu di Indonesia adalah usia yang terlalu muda, usia yang terlalu tua saat melahirkan, terlalu sering melahirkan dan terlalu banyak anak yang dilahirkan atau yang sering disebut dengan istilah empat terlalu.
 
Terlambat mengambil keputusan, terlambat membawa ke tempat pelayanan kesehatan serta terlambat memberikan pertolongan di tempat pelayanan (3 terlambat) juga menjadi penyebab kematian ibu. Lingkungan yang tidak sehat, kurangnya asupan Gizi bagi ibu hamil, mahalnya biaya melahirkan di Rumah sakit bersalin, kurang tersedianya Rumah sakit bersalin atau puskesmas yang memadai di daerah-daerah juga berkontribusi terjadinya kematian ibu.
 
Salah satu program strategis pemerintah yang diyakini mampu menekan angka kematian ibu melahirkan di Indonesia adalah program Keluarga Berencana. Revitalisasi program Keluarga Berencana diyakini dapat mengatasi kematian ibu. Yang harus dilakukan segera adalah  menghidupkan kembali infrastruktur penunjang program KB di daerah, salah satunya adalah pos KB di daerah. Selain itu perlu menghidupkan kembali fungsi petugas lapangan KB (PLKB). Pemerintah juga telah menggulirkan program Jaminan Persalinan (Jampersal) yang meliputi paket layanan mulai dari konsultasi kehamilan, persalinan, hingga pemilihan alat KB.
 
Untuk menurunkan angka kematian ibu seharusnya semua persalinan harus ditolong oleh tenaga medis baik itu bidan maupun dokter. Semua kehamilan harus direncanakan dengan berKB, namun masalah ini adalah tanggung jawab bersama. Salah satu organisasi dunia permerhati masalah ini adalahThe White Ribbon Aliance for Safe Motherhood atau di Indonesia dikenal dengan Aliansi Pita Putih (APPI). Aliansi Pita Putih adalah sebuah koalisi internasional yang mendorong perubahan untuk membuat kehamilan dan persalinan yang aman bagi perempuan dan bayi baru lahir di seluruh dunia.
 
Sejak diluncurkan pada tahun 1999, Aliansi Pita Putih, adalah sebuah gerakan akar rumput yang membangun aliansi, memperkuat kapasitas, pengaruh kebijakan, memanfaatkan sumber daya dan mengilhami tindakan untuk menyelamatkan nyawa wanita dan bayi baru lahir di seluruh dunia. Aliansi Pita Putih adalah organisasi semacam Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berskala international yang lahir tahun 1999 dan beranggotakan 152 negara. Namun demikian baru 15 negara yang memiliki kantor Sekretariat, termasuk Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI). Organisasi ini telah memperkuat suara perempuan dan komunitas mereka, dan sekarang menjadi pemimpin di antara mereka yang memegang pemerintahan dan lembaga untuk memperhitungkan tragedi kematian ibu.(MAS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar