Kampanye “Tepat Tangani Demam Melalui Pelatihan Kader Jumantik” sebagai Wujud Kerjasama Kementerian Kesehatan RI dan Glaxosmithkline dalam Upaya Turunkan Kasus DBD. Dalam mewujudkan kerjasama antara Kementerian Kesehatan RI dengan Glaxosmithkline (GSK) dalam hal pencegahan dan penanganan DBD seperti yang tertuang dalam Nota Kesepahaman (MoU) yang telah ditanda tangani oleh kedua belah pihak.
PT. Glaxosmithkline melakukan Pelatihan Kader Jumantik untuk 4.500 jumantik di 15 (lima belas) Kelurahan di Kota dan Kabupaten Bandung, Jawa Barat sejak tanggal Pelatihan Jumantik ini dilaksanakan sejak tanggal 1 Mei – 28 Juni 2012 yaitu Cipamokolan, Geger Kalong, Manjah Lega, Sarijadi, Margasari, Sukajadi, Sukamiskin, Sekejati/ Buah Batu, Babakan Sari, Antapani Kidul, Bale Endah, Soreang, Dayeuh Kolot, Katapang, dan Cingcin.
Pelatihan angkatan XI ( 18-19 Juni 2012) dilaksanakan di Kelurahan Bale Endah diikuti 275 Jumantik dihadiri Kepala Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI dr. Lily Sulistyowati, Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2) Kemenkes RI dr. Rita Kusriastuti, M.Sc, Kepala Dinas Kesehatan Jawa Barat dr.Hj. Alma Lucyati, M.Kes, M.Si, MH.Kes dan General Manager Glaxosmithkline Indonesia Djagad Prakasa Dwialam. MoU tersebut juga merupakan upaya untuk membantu mengendalikan penyakit DBD di Propinsi Jawa Barat tahun 2012. Data Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa Propinsi Jawa Barat, di tahun 2010 merupakan salah satu propinsi dengan kasus DBD ke-2 tertinggi di Indonesia dengan 25.727 kasus. Sementara, hingga Desember 2011, Propinsi Jawa Barat merupakan Propinsi dengan kasus DBD (year to date) tertinggi yaitu, 13.971 kasus DBD.
Pada kesempatan tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Barat dr.Hj. Alma Lucyati,M.Kes, M.Si. MH.Kes memaparkan Angka kasus/penderita DBD di Propinsi Jawa Barat dari tahun 2010 hingga tahun 2011 mengalami penurunan. Penurunan kasus merupakan indikasi yang baik, tetapi bagaimanapun juga upaya menyeluruh dan melibatkan berbagai pihak tetap dibutuhkan.
"Dalam menangani DBD kita tidak hanya melakukan upaya kuratif (pengobatan), tetapi upaya promotif (peningkatan kesehatan) dan preventif (pencegahan) menjadi poin penting dalam menurunkan angka kasus DBD di masyarakat, dimana Jumantik berperan sangat signifikan didalamnya. Upaya pembangunan kesehatan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, namun perlu dukungan dari berbagai pihak termasuk swasta. Oleh karena itu, di tahun 2011 Kementerian Kesehatan RI melakukan penandatanganan kerja sama (MoU) dengan 23 pihak swasta termasuk didalamnya adalah GSK” ujar Kepala Pusat Promosi Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI dr. Lily S Sulistyowati.
Pentingnya peran Jumantik di dalam mengendalikan DBD menjadi program atau kegiatan nasional, demikian menurut Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang (P2B2), Kemenkes RI; dr. Rita Kusriastuti, M.Sc, Melalui pengembangan kemitraan dan jejaring kerja multidisiplin dan lintas sector, kebijakan pemerintah di dalam pengendalian DBD yang berdasar pada partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dapat direalisasikan diantaranya melalui Jumantik. Jumantik adalah juru pemantau jentik yang bertugas memeriksa genangan-genangan air di dalam maupun luar rumah, menemukan larva yang terdapat di dalam tempat-tempat yang dapat menampung air, mengindentifikasi rumah-rumah yang tidak berpenghuni dan mengajak pemilik rumah atau bangunan untuk berpartisipasi dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara teratur. Peran Jumantik atau kader sangat penting untuk menggerakkan peran serta masyarakat dalam gerakan Pengendalian DBD.
Pada konferensi pers siang harinya bertempat di Hotel Horison, Bandung, General Manager Glaxosmithkline Indonesia, Djagad Prakasa Dwialam mengatakan, "di tahun ke empat ini, GSK mengukuhkan komitmennya dalam pengendalian DBD melalui penandatangan MoU dengan Kementrian Kesehatan dan di wujudkan dalam pelaksanaan kampanye Tepat Tangani Demam melalui Pelatihan Kader Jumantik. Para Jumantik adalah salah satu ujung tombak dari pengendalian DBD. Kecepatan dan ketepatan di dalam mengenali gejala demam dan DBD tentu saja akan mengurangi resiko kematian akibat DBD.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar