Minggu, 21 September 2008 | 11:25 WIB
MANUSIA bukan hanya menderita sakit karena menghirup
udara yang tercemar, tetapi juga akibat mengasup makanan yang tercemar
logam berat. Sumbernya sayur-sayuran dan buah-buahan yang ditanam di
lingkungan yang tercemar atau daging dari ternak yang makan rumput yang
sudah mengandung logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan
manusia.
Akhir-akhir ini kasus keracunan logam berat yang
berasal dari bahan pangan semakin meningkat jumlahnya. Pencemaran logam
berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat
hubungannya dengan penggunaan bahan tersebut oleh manusia.
Pencemaran
lingkungan oleh logam berat dapat terjadi jika industri yang
menggunakan logam tersebut tidak memperhatikan keselamatan lingkungan,
terutama saat membuang limbahnya. Logam-logam tertentu dalam konsentrasi
tinggi akan sangat berbahaya bila ditemukan di dalam lingkungan (air,
tanah, dan udara).
Sumber utama kontaminan logam berat
sesungguhnya berasal dari udara dan air yang mencemari tanah.
Selanjutnya semua tanaman yang tumbuh di atas tanah yang telah tercemar
akan mengakumulasikan logam-logam tersebut pada semua bagian (akar,
batang, daun dan buah).
Ternak akan memanen logam-logam berat
yang ada pada tanaman dan menumpuknya pada bagian-bagian dagingnya.
Selanjutnya manusia yang termasuk ke dalam kelompok omnivora (pemakan
segalanya), akan tercemar logam tersebut dari empat sumber utama, yaitu
udara yang dihirup saat bernapas, air minum, tanaman (sayuran dan
buah-buahan), serta ternak (berupa daging, telur, dan susu).
Sesungguhnya,
istilah logam berat hanya ditujukan kepada logam yang mempunyai berat
jenis lebih besar dari 5 g/cm3. Namun, pada kenyataannya, unsur-unsur
metaloid yang mempunyai sifat berbahaya juga dimasukkan ke dalam
kelompok tersebut. Dengan demikian, yang termasuk ke dalam kriteria
logam berat saat ini mencapai lebih kurang 40 jenis unsur. Beberapa
contoh logam berat yang beracun bagi manusia adalah: arsen (As), kadmium
(Cd), tembaga (Cu), timbal (Pb), merkuri (Hg), nikel (Ni), dan seng
(Zn).
Arsen
Arsen (As) atau sering disebut arsenik
adalah suatu zat kimia yang ditemukan sekitar abad-13. Sebagian besar
arsen di alam merupakan bentuk senyawa dasar yang berupa substansi
inorganik. Arsen inorganik dapat larut dalam air atau berbentuk gas dan
terpapar pada manusia. Menurut National Institute for Occupational
Safety and Health (1975), arsen inorganik bertanggung jawab terhadap
berbagai gangguan kesehatan kronis, terutama kanker. Arsen juga dapat
merusak ginjal dan bersifat racun yang sangat kuat.
Merkuri
Merkuri
(Hg) atau air raksa adalah logam yang ada secara alami, merupakan
satu-satunya logam yang pada suhu kamar berwujud cair. Logam murninya
berwarna keperakan, cairan tak berbau, dan mengkilap. Bila dipanaskan
sampai suhu 3570C, Hg akan menguap. Selain untuk kegiatan penambangan
emas, logam Hg juga digunakan dalam produksi gas klor dan soda kaustik,
termometer, bahan tambal gigi, dan baterai.
Walaupun Hg hanya
terdapat dalam konsentrasi 0,08 mg/kg kerak bumi, logam ini banyak
tertimbun di daerah penambangan. Hg lebih banyak digunakan dalam bentuk
logam murni dan organik daripada bentuk anorganik. Logam Hg dapat berada
pada berbagai senyawa. Bila bergabung dengan klor, belerang, atau
oksigen, Hg akan membentuk garam yang biasanya berwujud padatan putih.
Garam Hg sering digunakan dalam krim pemutih dan krim antiseptik.
Timbal
Logam
timbal (Pb) merupakan logam yang sangat populer dan banyak dikenal oleh
masyarakat awam. Hal ini disebabkan oleh banyaknya Pb yang digunakan di
industri nonpangan dan paling banyak menimbulkan keracunan pada makhluk
hidup. Pb adalah sejenis logam yang lunak dan berwarna cokelat
kehitaman, serta mudah dimurnikan dari pertambangan.
Dalam
pertambangan, logam ini berbentuk sulfida logam (PbS), yang sering
disebut galena. Senyawa ini banyak ditemukan dalam pertambangan di
seluruh dunia. Bahaya yang ditimbulkan oleh penggunaan Pb ini adalah
sering menyebabkan keracunan.
Menurut Darmono (1995), Pb
mempunyai sifat bertitik lebur rendah, mudah dibentuk, mempunyai sifat
kimia yang aktif, sehingga dapat digunakan untuk melapisi logam untuk
mencegah perkaratan. Bila dicampur dengan logam lain, membentuk logam
campuran yang lebih bagus daripada logam murninya, mempunyai kepadatan
melebihi logam lain.
Logam Pb banyak digunakan pada industri
baterai, kabel, cat (sebagai zat pewarna), penyepuhan, pestisida, dan
yang paling banyak digunakan sebagai zat antiletup pada bensin. Pb juga
digunakan sebagai zat penyusun patri atau solder dan sebagai formulasi
penyambung pipa yang mengakibatkan air untuk rumah tangga mempunyai
banyak kemungkinan kontak dengan Pb (Saeni, 1997).
Logam Pb
dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan minuman.
Logam Pb tidak dibutuhkan oleh manusia, sehingga bila makanan tercemar
oleh logam tersebut, tubuh akan mengeluarkannya sebagian. Sisanya akan
terakumulasi pada bagian tubuh tertentu seperti ginjal, hati, kuku,
jaringan lemak, dan rambut.
Tembaga
Tidak seperti
logam-logam Hg, Pb, dan Cd, logam tembaga (Cu) merupakan mikroelemen
esensial untuk semua tanaman dan hewan, termasuk manusia. Logam Cu
diperlukan oleh berbagai sistem enzim di dalam tubuh manusia. Oleh
karena itu, Cu harus selalu ada di dalam makanan. Yang perlu
diperhatikan adalah menjaga agar kadar Cu di dalam tubuh tidak
kekurangan dan juga tidak berlebihan.
Kebutuhan tubuh per hari
akan Cu adalah 0,05 mg/kg berat badan. Pada kadar tersebut tidak terjadi
akumulasi Cu pada tubuh manusia normal. Konsumsi Cu dalam jumlah yang
besar dapat menyebabkan gejala-gejala yang akut.
Logam Cu yang
digunakan di pabrik biasanya berbentuk organik dan anorganik. Logam
tersebut digunakan di pabrik yang memproduksi alat-alat listrik, gelas,
dan zat warna yang biasanya bercampur dengan logam lain seperti alloi
dengan Ag, Cd, Sn, dan Zn.
Garam Cu banyak digunakan dalam
bidang pertanian, misalnya sebagai larutan “Bordeaux” yang mengandung
1-3% CuSO4 untuk membasmi jamur pada sayur dan tumbuhan buah. Senyawa
CuSO4 juga sering digunakan untuk membasmi siput sebagai inang dari
parasit, cacing, dan juga mengobati penyakit kuku pada domba (Darmono,
1995).
Sumber Kontaminan
Kandungan alamiah logam pada
lingkungan dapat berubah-ubah, tergantung pada kadar pencemaran oleh
ulah manusia atau perubahan alam, seperti erosi. Kandungan logam
tersebut dapat meningkat bila limbah perkotaan, pertambangan, pertanian,
dan perindustrian yang banyak mengandung logam berat masuk ke
lingkungan.
Dari berbagai limbah tersebut, umumnya yang paling
banyak mengandung logam berat adalah limbah industri. Hal ini disebabkan
senyawa atau unsur logam berat dimanfaatkan dalam berbagai industri,
baik sebagai bahan baku, katalisator, maupun sebagai bahan tambahan.
Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya adalah karena sifatnya yang tidak dapat dihancurkan (nondegradable)
oleh organisme hidup yang ada di lingkungan. Akibatnya, logam-logam
tersebut terakumulasi ke lingkungan, terutama mengendap di dasar
perairan membentuk senyawa kompleks bersama bahan organik dan anorganik
secara adsorbsi dan kombinasi.
Arsen banyak ditemukan di dalam
air tanah. Hal ini disebabkan arsen merupakan salah satu mineral yang
memang terkandung dalam susunan batuan bumi. Arsen dalam air tanah
terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk tereduksi, terbentuk dalam
kondisi anaerobik, sering disebut arsenit. Bentuk lainnya adalah bentuk
teroksidasi, terjadi pada kondisi aerobik, umum disebut sebagai arsenat
(Jones, 2000).
Hg anorganik (logam dan garam Hg) terdapat di
udara dari deposit mineral dan dari area industri. Logam Hg yang ada di
air dan tanah terutama berasal dari deposit alam, buangan limbah, dan
akitivitas vulkanik. Logam Hg dapat pula bersenyawa dengan karbon
membentuk senyawa Hg organik.
Senyawa Hg organik yang paling
umum adalah metil merkuri, yang terutama dihasilkan oleh mikroorganisme
(bakteri) di air dan tanah. Bila bakteri itu kemudian termakan oleh
ikan, ikan tersebut cenderung memiliki konsentrasi merkuri yang tinggi.
Logam
ini digunakan secara luas untuk mengekstrak emas dari bijihnya, baik
sebelum maupun sesudah proses sianidasi digunakan. Ketika Hg dicampur
dengan bijih tersebut, Hg akan membentuk amalgam dengan emas atau perak.
Untuk mendapatkan emas dan perak, amalgam tersebut harus dibakar untuk
menguapkan merkurinya.
Para penambang emas tradisional
menggunakan merkuri untuk menangkap dan memisahkan butir-butir emas dari
butir-butir batuan. Endapan Hg ini disaring menggunakan kain untuk
mendapatkan sisa emas. Endapan yang tersaring kemudian diremas-remas
dengan tangan. Air sisa-sisa penambangan yang mengandung Hg dibiarkan
mengalir ke sungai dan dijadikan irigasi untuk lahan pertanian.
Selain
itu, komponen merkuri juga banyak tersebar di karang, tanah, udara,
air, dan organisme hidup melalui proses fisik, kimia, dan biologi yang
kompleks. Walaupun mekanisme keracunan merkuri di dalam tubuh belum
diketahui dengan jelas, beberapa hal mengenai daya racun merkuri dapat
dijelaskan sebagai berikut (Fardiaz, 1992):
1. Semua komponen merkuri dalam jumlah cukup, beracun terhadap tubuh.
2.
Masing-masing komponen merkuri mempunyai perbedaan karakteristik dalam
daya racun, distribusi, akumulasi, atau pengumpulan, dan waktu
retensinya di dalam tubuh.
3. Transformasi biologi dapat terjadi
di dalam lingkungan atau di dalam tubuh, saat komponen merkuri diubah
dari satu bentuk ke bentuk lainnya.
4. Pengaruh buruk merkuri di
dalam tubuh adalah melalui penghambatan kerja enzim dan kemampuannya
untuk berikatan dengan grup yang mengandung sulfur di dalam molekul
enzim dan dinding sel.
5. Kerusakan tubuh yang disebabkan merkuri biasanya bersifat permanen, dan sampai saat ini belum dapat disembuhkan.
Sumber
kontaminan timbal (Pb) terbesar dari buatan manusia adalah bensin
beraditif timbal untuk bahan bakar kendaraan bermotor. Diperkirakan 65
persen dari semua pencemaran udara disebabkan emisi yang dikeluarkan
oleh kendaraan bermotor.
Cemaran logam Cu pada bahan pangan pada
awalnya terjadi karena penggunaan pupuk dan pestisida secara berlebihan.
Meskipun demikian, pengaruh proses pengolahan akan dapat mempengaruhi
status keberadaan tersebut dalam bahan pangan.
Kebun Sayur di Pinggir Jalan Berbahaya
Logam
berat dapat terakumulasi dalam jumlah yang cukup besar pada tanaman
seperti padi, rumput, beberapa jenis leguminosa untuk pakan ternak, dan
sayuran. Logam berat seperti Pb, Cd, Cu, dan Zn sering terakumulasi pada
komoditi tanaman. Kandungan merkuri pada beras yang dipanen dari sawah
dengan irigasi air limbah penambangan emas tradisional di Nunggul dan
Kalongliud sekitar Pongkor, Bogor, Jawa Barat, masing-masing mencapai
0,45 dan 0,25 ppm (Sutono, 2002).
Sumber bahan pangan lain yang
dilaporkan tinggi kadar timbalnya adalah makanan kaleng (50-100 mkg/kg),
jeroan terutama hati dan ginjal ternak (150 mkg/kg), ikan (170 mkg/kg).
Kelompok yang paling tinggi adalah kerang-kerangan (molusca) dan
udang-udangan (crustacea), yaitu rata-rata lebih tinggi dari 250 mkg/kg
(Winarno dan Rahayu, 1994).
Jenis bahan pangan lain yang mengandung
kontaminan timbal cukup tinggi adalah sayuran yang ditanam di tepi jalan
raya. Kandungan rata-ratanya sebesar 28,78 ppm, jauh di atas batas aman
yang diizinkan Direktorat Jendral Pengawas Obat dan Makanan, yaitu
sebesar 2 ppm (Winarno, 1997).
Cemaran tembaga (Cu) terdapat
pada sayuran dan buah-buahan yang disemprot dengan pestisida secara
berlebihan. Penyemprotan pestisida banyak dilakukan untuk membasmi siput
dan cacing pada tanaman sayur dan buah.
Arsen terkandung dalam
ikan dan makanan laut lainnya, seperti udang, cumi-cumi, dan kerang.
Kandungan arsen dalam makanan laut mencapai angka lebih dari 4,5
mikrogram arsen/g berat basah. Arsen juga terdapat dalam daging dan
sayur-sayuran, namun jumlahnya amat kecil. @
Dari Tremor Sampai ke Kematian
Sulit
untuk menduga seberapa besar akibat yang ditimbulkan oleh adanya logam
berat dalam tubuh. Namun, sebagian besar toksisitas yang disebabkan oleh
beberapa jenis logam berat seperti Pb, Cd, dan Hg adalah karena
kemampuannya untuk menutup sisi aktif dari enzim dalam sel.
Hg
mempunyai bentuk kimiawi yang berbeda-beda dalam menimbulkan keracunan
pada mahluk hidup, sehingga menimbulkan gejala yang berbeda pula.
Toksisitas Hg dalam hal ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu
toksisitas organik dan anorganik.
Pada bentuk anorganik, Hg
berikatan dengan satu atom karbon atau lebih, sedangkan dalam bentuk
organik, dengan rantai alkil yang pendek. Senyawa tersebut sangat stabil
dalam proses metabolisme dan mudah menginfiltrasi jaringan yang sukar
ditembus, misalnya otak dan plasenta. Senyawa tersebut mengakibatkan
kerusakan jaringan yang irreversible, baik pada orang dewasa maupun anak
(Darmono, 1995).
Toksisitas Hg anorganik menyebabkan penderita
biasanya mengalami tremor. Jika terus berlanjut dapat menyebabkan
pengurangan pendengaran, penglihatan, atau daya ingat.
Senyawa
merkuri organik yang paling populer adalah metil merkuri yang berpotensi
menyebabkan toksisitas terhadap sistem saraf pusat. Kejadian keracunan
metil merkuri paling besar pada makhluk hidup timbul di tahun 1950-an di
Teluk Minamata, Jepang yang terkenal dengan nama Minamata Disease.
Timbal
(Pb) dapat masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan, makanan, dan
minuman. Accidental poisoning seperti termakannya senyawa timbal dalam
konsentrasi tinggi dapat mengakibatkan gejala keracunan timbal seperti
iritasi gastrointestinal akut, rasa logam pada mulut, muntah, sakit
perut, dan diare.
Menurut Darmono (1995), Pb dapat mempengaruhi
sistem saraf, inteligensia, dan pertumbuhan. Pb di dalam tubuh terikat
pada gugus SH dalam molekul protein dan hal ini menyebabkan hambatan
pada aktivitas kerja sistem enzim. Efek logam Pb pada kesehatan manusia
adalah menimbulkan kerusakan otak, kejang-kejang, gangguan tingkah laku,
dan bahkan kematian.
Toksisitas logam Cu pada manusia, khususnya
anak-anak, biasanya terjadi karena CuSO4. Beberapa gejala keracunan Cu
adalah sakit perut, mual, muntah, diare, dan beberapa kasus yang parah
dapat menyebabkan gagal ginjal dan kematian (Darmono, 1995).
Senyawa
arsen sangat sulit dideteksi karena tidak memiliki rasa yang khas atau
ciri-ciri pemaparan lain yang menonjol. Gejala keracunan senyawa arsen
terutama adalah sakit di kerongkongan, sukar menelan, menyusul rasa
nyeri lambung dan muntah-muntah. Kompensasi dari pemaparan arsen
terhadap manusia adalah kanker, terutama kanker paru-paru dan hati.
Terpapar arsen di udara juga dapat menyebabkan pembentukan kanker kulit
pada manusia. @
Awas, Koran Bekas
Usaha-usaha
untuk menanggulangi pencemaran logam berat di Indonesia sampai saat ini
belum banyak dilakukan. Hal ini terutama karena sebagian besar industri
di Indonesia belum mempunyai sarana pengolahan limbah yang memadai.
Usaha
yang dapat kita lakukan untuk menghindari bahaya logam berat, antara
lain dengan menghindari sumber bahan pangan yang memiliki risiko
mengandung logam berat, mencuci dan mengolah bahan pangan yang akan
dikonsumsi dengan baik dan benar.
Selain itu, kita juga perlu
memperhatikan dan peduli terhadap lingkungan agar pencemaran tidak
semakin bertambah jumlahnya. Peningkatan pengetahuan mengenai logam
berat juga dapat bermanfaat dan membuat kita lebih waspada terhadap
pencemaran logam berat.
Logam berat di dalam bahan pangan
ternyata tidak hanya terdapat secara alami, namun juga dapat merupakan
hasil migrasi dari bahan pengemasnya. Oleh karena itu, pengemasan bahan
pangan harus dilakukan secara hati-hati. Pengemasan makanan dengan
menggunakan kertas koran bekas tentu tidak tepat karena memungkinkan
terjadinya migrasi logam berat (terutama Pb) dari tinta pada koran ke
makanan. Pengemasan makanan dengan bahan yang memiliki aroma kuat,
seperti PVC (Poly Vinyl Chloride) dan styrofoam, memungkinkan terjadinya migrasi arsen ke makanan.
Sumber: http://kesehatan.kompas.com/read/2008/09/21/11254074/bahaya.logam.berat.dalam.makanan.