Senin, 26 Desember 2011

Kepercayaan Masyarakat pada Obat Herbal Makin Tinggi

Lusia Kus Anna | Sabtu, 10 Desember 2011 | 11:05 WIB





Kompas.com — Bagi masyarakat Indonesia, jamu atau ramuan obat tradisional sebenarnya bukan hal baru. Ramuan dari tumbuhan itu telah digunakan secara turun-temurun untuk pengobatan dan dirasakan khasiatnya.

Kepercayaan masyarakat pada obat herbal juga terus meningkat. Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007, masyarakat yang memilih mengobati diri sendiri dengan obat tradisional mencapai 28,69 persen, meningkat dalam waktu tujuh tahun dari yang semula hanya 15,2 persen.

Bahkan menurut data Riset Kesehatan Dasar 2010, sekitar 93 persen masyarakat yang pernah minum jamu menyatakan bahwa minum jamu memberikan manfaat bagi tubuh.

Tak heran jika penjualan jamu dan obat herbal terus melesat. Menurut Gabungan Pengusaha Jamu Indonesia, pada tahun 2011 ini penjualan jamu di Indonesia mencapai 12 triliun. 

Hal tersebut juga diakui Mulyo Rahardjo, Managing Director PT Deltomed Laboratories. Setiap bulannya, perusahaan yang memproduksi jamu merek Antangin, Obat Batuk Herbal, atau Strongpas, ini menggunakan 204 ton bahan baku. 

"Setiap tahunnya terjadi kenaikan permintaan produk kami, tetapi paling banyak adalah produk obat antimasuk angin," katanya, ketika menerima kunjungan wartawan ke pabrik Deltomed di Wonogiri, Jawa Tengah.

Kendati demikian, tak bisa dipungkiri bahwa citra jamu dan obat herbal masih rendah. Tak sedikit masyarakat yang menganggap obat herbal sebagai terapi alternatif yang tidak memiliki landasan ilmiah.

Menurut Nyoto Wardoyo, Presiden Direktur Deltomed, pada dasarnya obat herbal terbagi menjadi tiga jenis, yakni jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. 

"Jamu adalah ramuan yang sifatnya empiris atau dari kebiasaan yang diturunkan sehingga belum ada penelitiannya. Sementara obat herbal terstandar adalah bahan jamu yang telah diuji secara ilmiah keamanan dan khasiatnya pada hewan. Sedangkan fitofarmaka adalah obat yang sudah teruji pada manusia dan statusnya seperti obat modern," katanya, pada kesempatan yang sama.

Nyoto menambahkan, saat ini Obat Batuk Herbal produksi Deltomed sedang diuji klinis oleh para peneliti agar mendapatkan pengakuan sebagai fitofarmaka.

"Penelitian sudah berjalan beberapa tahun, dan kami harapkan tahun depan sudah lolos uji. Dengan demikian, nanti dokter bisa meresepkan obat ini. Ini adalah bukti bahwa herbal tak kalah dengan obat farmasi," paparnya.

Proses modern

Di Indonesia terdapat lebih dari 1.200 industri jamu dan lebih dari 1.000 di antaranya adalah industri kecil dan menengah. Tak bisa dipungkiri pula bahwa tak sedikit industri jamu yang kurang memperhatikan faktor kebersihan, bahkan dicampur dengan zat-zat kimia.

Untuk menjamin keamanan dan standar pengolahan obat yang baik, menurut Mulyono, sejak 2010 Deltomed telah menggunakan fasilitas esktraksi berteknologi Jerman untuk menghasilkan ekstrak bahan alami dengan kualitas terbaik.

"Kami juga telah lulus standardisasi proses pengolahan dan pengemasan menurut standar Eropa, Amerika, dan tentu saja standar BPOM Indonesia," kata Mulyono, yang produknya telah diekspor ke beberapa negara di Asia dan Timur Tengah ini.

Selain canggih, proses pengolahan bahan-bahan herbal di pabrik yang berlokasi di Wonogiri ini juga tidak ada yang dilakukan secara manual, tak kalah dengan obat farmasi modern.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar