2012-04-25 14:40:47
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (PP
dan PL), Kemenkes, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama SpP(K), MARS,
DTM&H, DTCE menyampaikan beberapa hal berkaitan dengan Antraks,
sebagai berikut :
1. Penyebab : Bacillus anthracis
Basil antraks msh dapat ditemukan pd bangkai hewan setelah 3-4 minggu (bila suhu rendah dan lembab). Bila basil berhasil keluar dari bangkai hewan, di lingkungan lembab dapat cepat berubah jadi spora. Spora dapat bertahan hidup sampai puluhan tahun (bisa sampai 60 th) terutama di tempat kering. Di samping di tanah, spora bisa ditemukan di wool, kulit, bahan dari hewan lainnya yg dikeringkan.
Air susu hewan penderita antraks atau baru saja mati dpt mengandung basil antraks.
Dalam bentuk vegetatif, basil mudah mati dg dimasak, desinfektan, antiseptik, antibiotik. Sedang dalam bentuk spora lebih tahan, tetapi dg suhu 100'C (mendidih) akan mati dalam 10 menit; dg karbol 5% akan mati dalam 40 hari dan dg formalin 10% akan mati dalam 4 jam.
2. Masa inkubasi : 2-7 hari
3. Tipe antraks, tergantung cara penularannya yaitu :
a). antraks kulit: penularan lewat kulit yg lecet, luka, abrasi.
b). antraks pencernaan : infeksi melalui makanan atau minuman yg tercemar basil atau spora antraks. CFR tipe ini 25-75%, yg sering fatal. Penderita bisa meninggal < 2 hari setelah onset, biasanya karena perdarahan intestinal dan peritonitis.
c). Tipe paru : infeksi melalui inhalasi, biasanya karena menghirup spora antraks. Tipe ini juga fatal, kematian bisa terjadi 2-3 hari setelah onset. Bentuk inilah yang ditakutkan digunakan dalam terorisme.
d). Tipe meningitis : dapat terjadi akibat komplikasi tipe antraks yang lain. Tipe ini juga fatal.
4. Diagnosis : berdasar klinis, epidemiologis dan laboratoris. Lab antara lain : swab ulkus (antraks kulit), kultur darah, tes serologis dan percobaan ke binatang (kultur/biakan disuntikkan ke binatang).
5. Terapi : basil antraks peka terhadap antibiotik. Bisa digunakan Procain Penicillin, penicillin G, tetrasiklin, amoksikslin, ampisilin, ciprofloksasin, doksisiklin selama 5-7 hari.
Demikian disampaikan oleh Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama dari Jakarta.
1. Penyebab : Bacillus anthracis
Basil antraks msh dapat ditemukan pd bangkai hewan setelah 3-4 minggu (bila suhu rendah dan lembab). Bila basil berhasil keluar dari bangkai hewan, di lingkungan lembab dapat cepat berubah jadi spora. Spora dapat bertahan hidup sampai puluhan tahun (bisa sampai 60 th) terutama di tempat kering. Di samping di tanah, spora bisa ditemukan di wool, kulit, bahan dari hewan lainnya yg dikeringkan.
Air susu hewan penderita antraks atau baru saja mati dpt mengandung basil antraks.
Dalam bentuk vegetatif, basil mudah mati dg dimasak, desinfektan, antiseptik, antibiotik. Sedang dalam bentuk spora lebih tahan, tetapi dg suhu 100'C (mendidih) akan mati dalam 10 menit; dg karbol 5% akan mati dalam 40 hari dan dg formalin 10% akan mati dalam 4 jam.
2. Masa inkubasi : 2-7 hari
3. Tipe antraks, tergantung cara penularannya yaitu :
a). antraks kulit: penularan lewat kulit yg lecet, luka, abrasi.
b). antraks pencernaan : infeksi melalui makanan atau minuman yg tercemar basil atau spora antraks. CFR tipe ini 25-75%, yg sering fatal. Penderita bisa meninggal < 2 hari setelah onset, biasanya karena perdarahan intestinal dan peritonitis.
c). Tipe paru : infeksi melalui inhalasi, biasanya karena menghirup spora antraks. Tipe ini juga fatal, kematian bisa terjadi 2-3 hari setelah onset. Bentuk inilah yang ditakutkan digunakan dalam terorisme.
d). Tipe meningitis : dapat terjadi akibat komplikasi tipe antraks yang lain. Tipe ini juga fatal.
4. Diagnosis : berdasar klinis, epidemiologis dan laboratoris. Lab antara lain : swab ulkus (antraks kulit), kultur darah, tes serologis dan percobaan ke binatang (kultur/biakan disuntikkan ke binatang).
5. Terapi : basil antraks peka terhadap antibiotik. Bisa digunakan Procain Penicillin, penicillin G, tetrasiklin, amoksikslin, ampisilin, ciprofloksasin, doksisiklin selama 5-7 hari.
Demikian disampaikan oleh Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama dari Jakarta.
Sumber : http://www.pppl.depkes.go.id/index.php?c=berita&m=fullview&id=579
Tidak ada komentar:
Posting Komentar