Penyakit Rabies atau anjing gila merupakan penyakit mematikan yang ditularkan lewat gigitan anjing. Untuk menghindari kematian, bila seseorang digigit hewan yang menderita rabies, tindakan pertama yang dilakukan adalah cuci luka secepatnya dengan air mengalir dan sabun atau deterjen selama 10-15 menit. Kemudian luka diberi antiseptik/ alkohol 70%, setelah itu segera bawa ke Rabies Center (Puskesmas atau Rumah Sakit) atau ke dokter untuk mendapatkan pengobatan selanjutnya. Hal itu dijelaskan Direktur Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang dr. Rita Kusriastuti, MSc. pada acara temu media di kantor Kemenkes Jakarta (13/8).
Saat ini rabies telah menyabar di 24 provinsi yaitu NAD, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jabar, Bali, NTT, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sultra, Sulsel, Sulbar, Kalsel, Kaltim, Maluku, Malut dan Kalteng.
Penyakit ini juga kerap menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Tahun 2005 KLB terjadi di provinsi Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Barat, akhir tahun 2007, KLB terjadi di Banten. November 2008, KLB terjadi di Kab. Badung, Bali.
Di Pulau Nias, Sumatera Utara sampai dengan Juli 2010 terjadi 857 gigitan hewan penular rabies (GHPR), sekitar 815 diberi vaksin anti rabies, dan 23 diantaranya meninggal dunia. Di Bali, sejak kasus ini menyebar tahun 2008 di Kab. Badung, sampai bulan Agustus 2010 terdata 53.418 kasus GPHR, 83 diantaranya meninggal (4 orang tahun 2008, 26 orang tahun 2009, dan 53 orang tahun 2010).
Untuk menanggulangi itu pemerintah telah melakukan beberapa upaya. Di Nias, pemerintah bersama WHO mengirimkan vaksin anti rabies (VAR) 150 kuur, melakukan pelacakan kasus, membentuk tim koordinasi di semua kabupaten, membentuk Rabies Center di RSUD dan Puskesmas serta mengeliminasi dan vaksinasi anjing.
Di Bali, sejak tahun 2008 – 2010 diantaranya telah dikirimkan VAR sekitar 11.000 kuur, serum anti rabies (SAR) sekitar 20.000 vial, pembentukan 43 Rabies Center di seluruh Bali serta mensukseskan bulan vaksinasi anjing.
Menurut dr. Rita Kusriastuti, untuk mencegah penularan dilakukan vaksinasi rabies terhadap anjing, oleh Kementerian Pertanian dan Pemda Bali. Vaksinasi ditargetkan rampung pada 28 September 2010, bertepatan dengan peringatan Hari Rabies Sedunia 2010. Saat ini sudah dilakukan vaksinasi anjing sekitar 360.000 ekor dari perkiraan 500.000 populasi anjing di Bali.
Dengan demikian, sekitar 72% populasi anjing telah mendapatkan vaksinasi rabies, sehingga dapat melindungi sekitar 2,8 dari 4 juta warga Bali. "Vaksinasi anjing terus dilakukan di Bali, hingga target Bali bebas rabies pada 2012 tercapai," tambahnya.
Di Indonesia sampai Agustus 2010 sudah 113 orang positif terinfeksi penyakit rabies. Penyebaran virus rabies sulit dihentikan. Kecepatan penyebarannya tiga milimeter perjam. Tidak mengherankan bila angka kematian akibat penyakit ini mencapai 100%. Ciri-ciri yang terkena rabies korban akan merasa sakit di luka gigitan, setelah itu sakit kepala, takut cahaya, takut air dan sesak napas.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan rata-rata di Asia ada 50.000 kasus kematian akibat rabies pertahun. Kasus di negara Asia terbanyak ditemukan di India (20.000-30.000 kasus pertahun), Vietnam (rata-rata 9.000 kasus pertahun), China (rata-rata 2.500 kasus pertahun), Filipina (200-300 kasus pertahun) dan Indonesia (rata-rata 125 kasus pertahun). Di Indonesia rabies sebagian besar disebabkan gigitan anjing (98%) sementara sebagian kecil diebabkan oleh gigitan kera dan kucing (2%).
Mengingat besarnya masalah rabies, forum Regional Zoonotic Meeting SEARO yang berlangsung di Jakarta pada November 2007 lalu, menetapkan rabies sebagai penyakit prioritas kedua setelah Avian Influenza.
Saat ini rabies telah menyabar di 24 provinsi yaitu NAD, Sumut, Sumbar, Riau, Kepri, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jabar, Bali, NTT, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sultra, Sulsel, Sulbar, Kalsel, Kaltim, Maluku, Malut dan Kalteng.
Penyakit ini juga kerap menimbulkan kejadian luar biasa (KLB). Tahun 2005 KLB terjadi di provinsi Maluku, Maluku Utara dan Kalimantan Barat, akhir tahun 2007, KLB terjadi di Banten. November 2008, KLB terjadi di Kab. Badung, Bali.
Di Pulau Nias, Sumatera Utara sampai dengan Juli 2010 terjadi 857 gigitan hewan penular rabies (GHPR), sekitar 815 diberi vaksin anti rabies, dan 23 diantaranya meninggal dunia. Di Bali, sejak kasus ini menyebar tahun 2008 di Kab. Badung, sampai bulan Agustus 2010 terdata 53.418 kasus GPHR, 83 diantaranya meninggal (4 orang tahun 2008, 26 orang tahun 2009, dan 53 orang tahun 2010).
Untuk menanggulangi itu pemerintah telah melakukan beberapa upaya. Di Nias, pemerintah bersama WHO mengirimkan vaksin anti rabies (VAR) 150 kuur, melakukan pelacakan kasus, membentuk tim koordinasi di semua kabupaten, membentuk Rabies Center di RSUD dan Puskesmas serta mengeliminasi dan vaksinasi anjing.
Di Bali, sejak tahun 2008 – 2010 diantaranya telah dikirimkan VAR sekitar 11.000 kuur, serum anti rabies (SAR) sekitar 20.000 vial, pembentukan 43 Rabies Center di seluruh Bali serta mensukseskan bulan vaksinasi anjing.
Menurut dr. Rita Kusriastuti, untuk mencegah penularan dilakukan vaksinasi rabies terhadap anjing, oleh Kementerian Pertanian dan Pemda Bali. Vaksinasi ditargetkan rampung pada 28 September 2010, bertepatan dengan peringatan Hari Rabies Sedunia 2010. Saat ini sudah dilakukan vaksinasi anjing sekitar 360.000 ekor dari perkiraan 500.000 populasi anjing di Bali.
Dengan demikian, sekitar 72% populasi anjing telah mendapatkan vaksinasi rabies, sehingga dapat melindungi sekitar 2,8 dari 4 juta warga Bali. "Vaksinasi anjing terus dilakukan di Bali, hingga target Bali bebas rabies pada 2012 tercapai," tambahnya.
Di Indonesia sampai Agustus 2010 sudah 113 orang positif terinfeksi penyakit rabies. Penyebaran virus rabies sulit dihentikan. Kecepatan penyebarannya tiga milimeter perjam. Tidak mengherankan bila angka kematian akibat penyakit ini mencapai 100%. Ciri-ciri yang terkena rabies korban akan merasa sakit di luka gigitan, setelah itu sakit kepala, takut cahaya, takut air dan sesak napas.
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan rata-rata di Asia ada 50.000 kasus kematian akibat rabies pertahun. Kasus di negara Asia terbanyak ditemukan di India (20.000-30.000 kasus pertahun), Vietnam (rata-rata 9.000 kasus pertahun), China (rata-rata 2.500 kasus pertahun), Filipina (200-300 kasus pertahun) dan Indonesia (rata-rata 125 kasus pertahun). Di Indonesia rabies sebagian besar disebabkan gigitan anjing (98%) sementara sebagian kecil diebabkan oleh gigitan kera dan kucing (2%).
Mengingat besarnya masalah rabies, forum Regional Zoonotic Meeting SEARO yang berlangsung di Jakarta pada November 2007 lalu, menetapkan rabies sebagai penyakit prioritas kedua setelah Avian Influenza.
Berita ini disiarkan oleh Pusat Komunikasi Publik, Sekretariat Jenderal Kementerian Kesehatan RI. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi melalui nomor telepon: 021-52907416-9, faks: 52921669, Call Center: 021-6506568, 021-500567, 30413700, atau alamat e-mail: info@infeksi.com , puskom.publik@yahoo.co.id , info@puskom.depkes.go.id , kontak@puskom.depkes.go.id
Sumber : http://www.infopenyakit.org/def_menu.asp?menuId=19&menuType=1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar