Bramirus Mikail | Tri Wahono | Selasa, 5 Juni 2012 | 06:41 WIB
KOMPAS.com - US Environmental Protection Agency (EPA) telah menetapkan bahwa air minum dengan tingkat rendah arsenik di bawah 10 parts per billion (ppb) dianggap tidak beracun dan dapat untuk dikonsumsi manusia.
Namun, penelitian baru mengungkapkan bahwa air minum dengan tingkat arsenik 10 ppb mungkin tidak begitu aman untuk diminum.
Para peneliti dari Marine Laboratory di Woods Hole, Mass dan Geisel School of Medicine di Dartmouth telah menemukan bahwa air minum dengan tingkat rendah arsenik (10 ppb) dapat merangsang efek yang merugikan bagi kesehatan pada tikus yang sedang hamil dan menyusui, serta untuk bayi mereka.
Percobaan sebelumnya menunjukkan bahwa paparan arsenik yang rendah pada air minum menyebabkan tikus memiliki respon imun yang lebih rendah dan menjadi lebih rentan terhadap flu. Bahkan peneliti juga telah menemukan efek yang lebih besar khususnya pada tikus yang terpapar arsenik saat di dalam rahim dan ketika bayi.
"Tujuan awal kami adalah untuk mengulang kembali studi tentang flu. Kami memberikan air minum yang mengandung arsenik untuk tikus yang sedang hamil dan melihat dampaknya terhadap bayi di rahim dan saat menyusui," kata Dr Yosua Hamilton, dari Marine Biological Laboratory, salah satu penulis utama studi tersebut.
"Kemudian kami akan mengambil arsenik dan melihat bagaimana reaksi arsenik dapat memicu flu. Memberikan tikus dengan kandungan arsenik 10 ppb di dalam air menyebabkan bayi mereka menjadi jauh lebih kecil," tambahnya.
Peneliti mengatakan, pemberian air minum dengan kandungan arsenik pada tikus yang hamil atau menyusui berisiko memicu masalah dengan metabolisme lipid, yang menyebabkan tingkat lebih rendah dari nutrisi dalam darah dan ASI. Kekurangan nutrisi mengakibatkan lambatnya pertumbuhan dan perkembangan pada bayi tikus.
"Dalam darah dan ASI, ada penurunan signifikan pada trigliserida - yang merupakan nutrisi penting untuk ibu dan bayi tikus," kata Hamilton. "Itu alasan utama mengapa bayi-bayi tikus itu terlambat berkembang. Ketika kami melakukan percobaan pada anak anjing yang baru lahir di mana induknya terpapar arsenik dan kemudian menggantinya dengan makanan tanpa kandungan arsenik, mereka dapat pulih kembali," jelasnya.
Pada tahun 2006, EPA telah menetapkan standar arsen untuk air minum yakni sebesar 10 bagian per miliar (ppb) untuk melindungi konsumen dari dampak buruk yang terkait dengan paparan arsenik dalam jangka panjang. Menurut EPA, komplikasi yang bisa ditimbulkan termasuk diantaranya mual, muntah, diare, kelumpuhan parsial, kebutaan, dan peningkatan risiko berbagai jenis kanker.
Para peneliti mengatakan, percobaan pada tikus tidak selalu berdampak sama terhadap manusia karena secara fisiologis berbeda. Namun Hamilton mengingatkan, percobaan pada binatang ini harus menjadi peringatan karena dapat menjadi prediksi bagaimana sesuatu akan bereaksi pada manusia.
"Saya pikir sebagai komunitas dalam toksikologi, tingkat 10 ppb arsenik pada air minum mungkin tidak cukup aman untuk manusia. Ini (arsenik) adalah kimia yang sangat unik," kata Hamilton.
Tim peneliti berharap dapat melakukan percobaan lebih lanjut untuk memahami apa sebenarnya yang terjadi pada fisiologi tikus, serta untuk melihat apakah perlu bagi EPA untuk menurunkan standar arsenik.
"Kita mungkin bisa untuk menurunkan standarnya menjadi 2-3 ppb. Air dengan tingkat arsenik seperti ini bisa dikatakan bahwa mereka telah memenuhi standar," ujarnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar